Bisnis.com, JAKARTA—Pembangunan 17 pulau reklamasi dan tanggul raksasa di pantai Utara Jakarta dinilai dapat membantu penataan tata ruang kota Ibu Kota, sekaligus mencegah terjadinya bencana banjir.
Ketua Indonesia Water Institute Firdaus Ali mengungkapkan, kondisi Jakarta kian memprihatinkan karena luasan RTH hanya 10% dan RTB kurang dari 2,1%. Di bagian teluk, kondisi lingkungan terus memburuk karena area tersebut seolah menjadi pusat limbah kota. Bila didiamkan, situasi ini akan semakin membahayakan.
“Situasinya sudah tidak sehat, harus dibenahi. Ikan dan biota lautnya pun sudah tercemar, sehingga tidak layak dikonsumsi,” tuturnya di Kamis, (26/11/2015).
Oleh karena itu, Firdaus berpendapat tidak masuk akal bila kegiatan reklamasi dikatakan mengancam nelayan, karena kondisi ikan-ikan tangkapan yang sudah tidak sehat. Justru, kawasan tersebut perlu pembenahan sehingga kualitas lingkungan semakin baik dan dapat dikendalikan.
Baginya, pembuatan reklamasi menjadi salah satu solusi pembenahan tata ruang Jakarta. Pembangunannya pun harus selaras dengan pendirian tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall untuk menyelamatkan daratan seluas 661,5 km2 ini dari bahaya banjir akibat penurunan permukaan tanah.
“Menunda reklamasi sama saja dengan menunda datangnya solusi. Kalau hanya mendiamkan, akan lebih bahaya daripada kita membangun dan menata,” pungkasnya.
Dia mencontohkan, beberapa lokasi reklamasi di Asia antara lain Semakau Island di Singapore seluas 3,5 km2 yang menjadi kawasan konservasi, bisnis, dan tempat rekreasi. Selanjutnya, Song Do di Korea Selatan seluas 38.000 hektare yang menjadi area resor, permukiman, perkantoran, Bandara Incheon, dan FTZ.
Jepang, lanjutnya, juga memiliki Tokyo Bay Area seluas 30 km2 yang menjadi fasiltas landfill modern, pelabuhan peti kemas, runway, dan kawasan komersial.