Bisnis.com, JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta mengantisipasi pergeseran banjir yang semula hanya menggenangi permukinan warga kelas menengan ke bawah, kini merambah kawasan permukiman menengah atas.
Ubaidillah, pengamat lingkungan perkotaan, mengatakan banjir yang terjadi sepanjang 2016 cenderung meluas dan berpindah dari satu titik ke titik yang lain hendaknya dapat menjadi bahan introspeksi bagi gubernur.
“Melihat bencana banjir yang belum teratasi, Gubernur harus meminta maaf ke publik dan menjelaskan program apa yang dilakukan untuk menanggulangi banjir Jakarta selain meneruskan proyek warisan gubernur sebelumnya,” katanya, Rabu (7/9/2016).
Menurutnya, musim hujan yang berdampak banjir di Jakarta pada tahun ini, dalam catatan yang dihimpun dari berbagai sumber dan dokumentasi lapangan, terjadi pada setiap bulan dengan intensitas curah hujan ringan, sedang dan lebat.
Sedangkan, banjir yang terjadi di Jakarta, lanjurnya, selain karena hujan lokan itu juga kerena luapan air sungai Ciliwung, Cipinang, Krukut, dan Pesanggarahan serta dampak air laut pasang di daerah pesisir utara Jakarta.
Dia menjelaskan, selama sebulan yang lalu terjadi 2 kali banjir besar yaitu pada 20 dan 27 Agustus 2016, merendam sebagian daerah Pondok Labu dengan kedalaman 1,5 meter dan terdalam mencapai 2 meter di komplek CPM Prapanca Raya.
Sementara itu, lanjutnya, selama Januari - Juli 2016 genangan banjir di Jakarta rata-rata mencapai sekiar 30 cm-1 meter, dan yang terparah dengan rata-rata kedalaman 30 cm hingga 1 meter.
Sedangkan banjir yang terparah terjadi pada pada 8 Maret 2016 terjadi banjir di Cawang Gang Arus mencapai kedalaman hingga 1,5 meter dan di Cililitan RW 06 sedalam 2 meter.