Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teguh Dartanto mencatat pemenang Pilkada DKI 2017 harus fokus menangani angka ketimpangan masyarakat.
Menurutnya, angka ketimpangan di Jakarta cukup sulit untuk diturunkan sehingga akan menjadi pekerjaan rumah bagi siapapun yang memenangkan pertarungan kursi panas gubernur Batavia itu.
Saat ini, berdasarkan angka hitung cepat sementara, pasangan Ahok-Djarot unggul dibayangi pasangan Anies-Sandi
"Masalah paling mencolok di Jakarta ini memang soal ketimpangan. Dan kita bisa lihat bagaimana program masing-masing pasangan calon untuk membangun Jakarta," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (15/2/2017).
Dia mengatakan, jika putaran kedua digelar dengan kemungkinan Ahok-Djarot menang, maka pasangan tersebut akan meneruskan program yang sudah dijalankan berikut dengan tambahan baru program yang digagasnya.
Sebaliknya, jika pasangan Anies-Sandi menang, kebijakan yang akan diusung akan cenderung baru seiring program yang telah disampaikan pada saat-saat kampanye dan debat publik dipaparkan kepada khalayak,
Namun, ada rencana kebijakan yang dia garis bawahi dari Anies-Sandi terkait program pembangunan rumah tanpa uang muka yang dinilai tidak rasional.
Alasan
Teguh mempertanyakan alasan logis program tersebut yang terhitung sulit terealisasi karena pembangunan rumah tanpa uang muka akan berbenturan dengan skema pembiayaan dari berbagai sistem perbankan.
"Paling tidak kalau Anies-Sandi menang bakal banyak kebijakan populis yang harus dibarengi dengan alasan logis seiring ke depanya banyak tekanan dari suara-suara pemilih Ahok-Djarot," paparnya.
Oleh karena itu, pembenahan yang harus difokuskan yaitu terkait angka ketimpangan dengan solusi-solusi yang melibatkan kalangan menengah ke bawah.
"Jadi bagaimana caranya agar pemimpin baru Jakarta ini bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang sebagiannya menengah ke bawah," katanya.
Teguh menegaskan. mengubah angka ketimpangan masyarakat di DKI tidak akan semudah membalikan telapak tangan karena butuh waktu yang cukup dipikirkan oleh pemimpin.
"Paling tidak baru tiga tahun ketimpangan akan bisa terasa kalau program yang dihasilkan gubernur baru nanti sukses," paparnya.