Bisnis.com, JAKARTA- Masih membekas dalam ingatan Fahri Ali saat berlibur ke Kepulauan Seribu, pada tahun lalu.
Dia dan beberapa temannya berangkat dari Depok menuju Pulau Perak hingga menginap semalam dengan memasang tenda di sana.
Pulau Perak menjadi salah satu tujuannya berlibur karena air lautnya bersih dan pulaunya terhitung jarang terjamah wisatawan lain.
"Kami ingin berenang dan menikmati kejernihan air laut di sana," kata Fahri pada Bisnis, Selasa (21/2).
Namun, kepuasan berlibur saat itu diakuinya tidak sesempurna yang diharapkan. Keterbatasan air bersih di pulau tersebut menjadi kekecewaan yang masih dia rasakan.
"Sulit sekali mau mandi gak ada air bersih, apalagi beres berenang badan lengket karen air laut," paparnya.
Pengalaman Fahri, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jakarta Selatan itu tentu mewakili banyak wisatawan lain yang ingin menikmati suguhan cantiknya pulau-pulau yang berada di Kabupaten Kepulauan Seribu itu.
Ketersediaan air bersih, hingga saat ini menjadi pekerjaan rumah Pemprov DKI Jakarta yang membawahi wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Seribu. Terlebih, di kabupaten tersebut tercatat memiliki lebih dari 100 pulau yang sebagian besar menjadi tujuan wisata.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum Provinsi DKI Jakarta (PAM Jaya) Erlan Hidayat mengatakan saat ini ketimpangan antara supply dan demand air bersih di Kepualaun Seribu cukup tinggi seiring banyaknya wisatawan yang berkunjung.
Saat ini Pemprov DKI atas bantuan Pemerintah Pusat telah membangun pengelolaan sistem penyediaan air minum dengan teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) di Pulau Untung Jawa, Kepaulauan Seribu.
Teknologi SWRO tersebut mampu memproduksi air laut menjadi air tawar dengan kapasitas produksi 2,5 liter per detik.
Layanan air bersih hasil produksi SWRO di Pulau Untung Jawa seluas 40 hektare mencakup target sasaran 492 kepala keluarga yang sebagian besar berpenghasilan sebagai nelayan. PAM Jaya telah memasang sekitar 310 pipa untuk mendistribusikan air bersih ke pemukiman warga setempat.
"Tetapi kami merasa belum cukup karena masih banyak pulau-pulau lain yang membutuhkan air bersih untuk warga setempat dan juga wisatawan," paparnya.
Pemprov DKI Jakarta dalam hal ini PAM Jaya dan Dinas Tata Air terus memutar otak. Tahun ini Pemerintah Pusat dan DKI setuju untuk membangun lagi SWRO secara bertahap untuk beberapa pulau yang tergolong besar.
Anggaran untuk membangun SWRO tahun ini mencapai Rp97 miliar dengan harapan mampu menyediakan air bersih untuk pulau-pulau yang paling banyak dihuni dan dikunjungi.
Erlan mengatakan pembahasan pengadaan SWRO tahap kedua ini cukup alot karena terdapat beberapa usulan terkait pembangunan teknis teknologi tersebut.
Dia memberi contoh, pembangunan SWRO pada opsi pertama dibangun di atas kapal agar lebih mudah mendistribusikan air ke pulau-pulau tujuan. Kedua, membangun SWRO besar di satu pulau dan mendistribusikannya dengan bantuan jaringan pompa listrik.
Dan ketiga, kata dia, membangun SWRO besar di satu pulau yang didistribusikan menggunakan kapal. "Itu semua masih dikaji, meskipun tentu akan banyak menyita waktu," paparnya.
Erlan mengakui hingga saat ini belum ada program dari PAM Jaya terkait air bersih secara konvensional seperti yang dilakukan di Jakarta untuk Kepulauan Seribu. Pihaknya masih terus berupaya mengembangkan konsep penyediaan air bersih dengan bantuan Pemerintah Pusat tersebut.
Dia sadar betul membangun jaringan air bersih di Kepulauan Seribu memakan biaya tinggi seiring akses antar pulau berbeda dengan kondisi darat dalam pendistribusian air di Jakarta.
Sementara itu, Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan mengatakan saat ini lelang pembangunan SWRO di Kepulauan Seribu tahap kedua masih berjalan.
Dia berharap hasil lelang terpilih kontraktor profesional seiring pada proyek lelang pertama pihaknya merasa kecewa atas kinerja kontraktor yang tidak sesuai harapan.
"Kami targetkan lelang bisa rampung Maret tahun ini. Setelah itu langsung eksekusi dan proyek SWRO di Kepulauan Seribu jalan terus," paparnya.