Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persaingan Usaha di Pasar Tanah Abang Makin Ketat

Pasar Tanah Abang, bagi Sumarso adalah tempat mencari nafkah selama 18 tahun ini. Dia sedikit-banyak tahu perkembangan pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara itu.
Pasar Tanah Abang
Pasar Tanah Abang

Bisnis.com, JAKARTA- Sumarso terlihat santai saat menjajakan produk busana muslim di lantai dasar Blok B, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Di kios berukuran 2x2 meter persegi itu, dia tampak duduk bersama seorang koleganya. Tak ada aktivitas lain bagi Sumarso selain menawarkan produk ke pengunjung yang berlalu lalang.

Pasar Tanah Abang, bagi Sumarso adalah tempat mencari nafkah selama 18 tahun ini. Dia sedikit-banyak tahu perkembangan pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara itu.

Namun, seiring berjalannya waktu, dia merasa ada perubahan pula pada kondisi pasar Tanah Abang.

"Tahun 2000-2005 saya merasakan kejayaan dagang di sini. Sekarang semuanya berubah," kata Sumarso saat ditemui Bisnis di Pasar Tanah Abang, Senin (10/4).

Menggondol uang jutaan per hari dari hasil penjualan pakaian di Pasar Tanah Abang sudah menjadi perkara biasa bagi Sumarso. Terutama saat era 2000-an sebelum persaingan bisnis sangat ketat seperti saat ini.

Sekarang, dia hanya bisa pasrah dan mencoba terus semangat menjajakan produknya agar bisa dibeli para pelanggan.

"Sekarang paling rata-rata habis 30 potong per hari," kata dia.

Adapun, produk yang dijualnya yakni pakaian atasan Rp100.000 dan bawahan RP95.0000.

Sumarso paham betul perubahan kondisi bisnis pakaian di Pasar Tanah Abang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu, kata dia, yang namanya Tanah Abang adalah pusat perbelanjaan resmi di bawah naungan Pemprov DKI yakni PD Pasar Jaya.

Saat ini, banyak pedagang serupa bermunculan di area Pasar Tanah Abang. Bahkan, tak sedikit rumah-rumah yang berada di area pasar dijadikan tempat usaha pakaian. Bahkan, klaim dia, sebagian besar pembeli belanja di pasar yang berada tepat di lokasi Stasiun Tanah Abang,

Padahal, untuk sewa kios, dia harus merogoh kocel Rp160 juta per tahun. Selain itu, untuk biaya service charge, listrik dan telepon dia harus membayar Rp1,1 juta per bulan.

Dia menduga penyebab turunnya omzet penjualan produknya disebabkan banyaknya saingan. "Kehadiran mereka sangat berpengaruh. Tapi mau gimana lagi, kami hanya bisa pasrah," ujarnya.

Siti Aisyah, penjual aneka kaos di Blok G lantai dua mengatakan hal sama. Kondisi kios saat ini tidak seramai sebelumnya. Padahal dia termasuk salah satu pedagang yang memeroleh fasilitas kios gratis sejak era Gubernur Joko Widodo meresmikan Blok G pada 2013 dulu.

Dia mengatakan kios yang dia peroleh secara gratis merupakan hasil relokasi pemerintah dari sebelumnya yang hanya berjualan sebagai pedagang kaki lima (PKL) di pinggir jalan. Sayangnya, dia tidak membocorkan berapa penghasilan per harinya.

"Dulu pas awal-awal mendapatkan kios ini banyak pembelinya, karena pemerintah saat itu bikin promosi, hiburan mendatangkan artis setiap minggunya sehingga banyak yang berkunjung ke sini," ujarnya.

Dalam pantauan Bisnis, lokasi Blok G Pasar Tanah Abang tampak tidak terurus. Banyak kios-kios kosong di lantai dua dan tiga. Menurut Siti Aisyah, para pedagang lebih memilih tempat lain dari pada di Blok G yang sepi pengunjung.

Manager Unit Pasar Besar (UPB) Pasar Tanah Abang Blok A-G Sunarto membenarkan terjadi persaingan ketat di area Tanah Abang. Dia bahkan menuding banyak kios-kios liar yang menjual produk sama dengan Pasar Tanah Abang sehingga menggerus pendapatan pedagang di Blok A-G.

"Coba datang setiap Senin dan Kamis di area Stasiun Tanah Abang. Banyak kios-kios liar di situ. Jumlahnya mencapai ratusan. Coba kalikan dengan pendapatan mereka rata-rata Rp3 juta per hari sudah berapa," paparnya.

Menurut Sunarto, dia memperkirakan kerugian yang dialami pedagang Pasar Tanah Abang bisa mencapai 20% akibat menjamurnya kios-kios liar yang menjual pakaian serupa dengan Pasar Tanah Abang.

Dia mengaku tak bisa berbuat banyak. Sebab, kata dia, tak sedikit oknum yang berada di balik menjamurnya kios-kios liar tersebut.

Sunarto menjelaskan, perputaran uang di Pasar Tanah Abang setiap harinya bisa mencapai Rp80 miliar. Uang tersebut berasal dari sekitar 16.000 kios dari Blok A-G.

"Ini uang riil, uangnya benar-benar ada. Bahkan lebih nyata dibandingkan dengan uang yang ada di Bursa Efek Indonesia, ya meskipun tidak sebesar dari mereka [bursa]," ujarnya.

Dia menyayangkan uang sekitar Rp16 miliar--mengacu pada kerugian 20%--yang harusnya mengalir ke para pedagang di Pasar Tanah Abang setiap harinya harus lepas begitu saja dinikmati para pedagang kios liar yang tak berizin.

Pihaknya meminta aparat bisa tegas menindak keberadaan kios liar tersebut yang mengancam keberadaan para pedagang resmi Pasar Tanah Abang.

"Ini sudah berjalan beberapa tahun. Mana mungkin aparat tidak tahu, harusnya mereka tegas," ujarnya.

Bisnis mencoba mendatangi lahan yang biasa digunakan sebagai lahan pasar Senin dan Kamis. Pasar tersebut beroperasi setiap Senin dan Kamis dari subuh hingga menjelang dzuhur.

Pasar tersebut berada di lahan Pusat Relokasi Tanah Abang yang tidak jauh dari Stasiun Tanah Abang dan Blok G. Pasar Senin dan Kamis tersebut yang dikatakan oleh Sunarto sebagai pasar liar alias tidak berizin.

Di pasar Senin dan Kamis itu, para pedagang sebagian besar menjual pakaian menggunakan kendaraan roda empat. Seorang pedagang yang tidak ingin disebutkan namanya mengaku memeroleh omzet lebih dari Rp3 juta setiap harinya.

"Iya sekitar segituan. Sudah ya, saya mau antar barang dulu," ujar pedagang tersebut.

Seorang petugas kemanan lahan tersebut, Iran, mengatakan para pedagang yang ingin membuka lapak pasar Senin dan Kamis harus membayar sewa lahan Rp15 juta. Adapun, setiap bulannya harus membayar Rp2 juta.

"Untuk setiap Senin dan Kamis saat jualan dikenakan Rp60.000 kalau tidak salah untuk kebersihan," paparnya.

Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin menegaskan jika keberadaan pasar Senin dan Kamis bukan dibawah tanggung jawabnya. "Itu bukan kami mas. Kami akan bahas dalam meeting untuk ditertibkan," ujarnya.

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana mengatakan pemerintah harus berperan dalam membereskan persoalan pedagang di Pasar Tanah Abang.

"Ya kalau kehadiran pedanga ilegal pemerintah harus tegas supaya melindungi pedagang yang resmi," ujarnya.

Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan turun ke lapangan untuk memastikan keberadaan kios liar di area Pasar Tanah Abang.

"Nanti kita cek ke sana," paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper