Bisnis.com, JAKARTA -- PT MRT Jakarta memperkirakan opesional Stasiun Haji Nawi bakal meleset dari jadwal karena terganjal persoalan lahan. Kendati demikian, perseroan menjamin operasional MRT fase I bakal bisa berjalan pada Maret 2019.
William Sabandar, Direktur Utama MRT Jakarta mengatakan masih ada empat bidang tanah dengan luas sekitar 260 meter persegi yang belum bisa dibebaskan. Sementara itu, pembebasan lahan untuk 26 bidang tanah sudah diserahkan ke pengadilan dengan biaya ganti rugi sebesar Rp60 juta per meter persegi.
"Empat bidang itu memang kritis karena [kalau belum dibebaskan] kami tidak bisa bangun tiang untuk stasiun," ujar William di Jakarta, Rabu (5/7/2017).
Dia menambahkan, proses hukum dalam perkara pembebasan lahan masih berlanjut hingga tingkat kasasi karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajukan banding. Oleh karena itu dia berharap proses hukum bisa rampung secepatnya, terutama untuk empat lahan yang belum bisa dibebaskan.
Kendati terganjal masalah lahan, William menekankan operasional fase I MRT yang menghubungkan Lebak Bulus dengan Bundaran HI bisa berjalan pada Maret 2017. Bila pembebasan lahan di Stasiun Haji Nawi tak kunjung selesai, kereta dipastikan tak mampir di stasiun tersebut.
Secara umum, perkembangan konstruki fase I MRT telah mencapai 74,89%. William merinci, pekerjaan konstrusi stasiun jalur layang mencapai 62,42% sedangkan progres konstruksi jalur bawah tanah mencpi 87,48%.
Baca Juga
Selain pekerjaan konstruksi, progres persiapan operasional yang menckaup persiapan kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) telah mencapai 21,41%. Untuk menyiapkan SDM, MRT telah membuka lowongan pekerjaan dengan total pelamar mencapai 35.032 orang.
William mengatakan hingga jadwal operasional, MRT Jakarta membutuhkan tambahan pegawai sebanyak 400 orang dari karyawan yang ada saat ini sebanyak 200 orang. Adapun tahun ini MRT Jakarta bakal merekrut 196 pegawai.