Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek sedang mempertimbangkan untuk membuat peraturan ganjil genap menjadi bersifat permanen.
"Setuju [permanen] namun harus dikaji," kata Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono kepada Bisnis, Senin (3/9/2018).
Menurutnya, saat ini hasil evaluasi ganjil genap menunjukkan hasil positif terhadap sektor lalu lintas. Namun dalam kajian tersebut belum memperlihatkan dampak terhadap sektor sosial dan ekonomi secara mendalam. Selain itu, kebijakan mempermanenkan ganjil genap harus melalui keputusan bersama dengan pemangku kepentingan lain dan masyarakat.
Meski demikian, BPTJ telah menghitung terkait aspek penghematan dari sistem ganjil genap. Penghematan ini dapat berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia, khususnya Jakarta. BPTJ menyebut penerapan ganjil genap dalam setahun dapat menghemat biaya bahan bakar minyak setara dengan Rp14 triliun.
Bambang memberi saran kepada warga Jakarta untuk memahami permasalahan lingkungan yang sedang dihadapi saat ini. Dia menilai kondisi kemacetan ini berdampak kepada kualitas udara Ibu Kota yang semakin buruk. Hal ini disumbangkan besar oleh kendaraan pribadi.
"Kita harus berkorban untuk masa depan transportasi kita yang lebih baik," ujarnya.
Bentuk pengorbanan ini dapat dilakukan dengan segera beralih ke angkutan umum yang telah tersedia. Pemerintah juga telah memberikan jaminan bahwa transportasi umum ke depan akan lebih baik dibandingkan dengan hari ini.
"Asian Games [yang lalu] kita jadikan sebagai momentum untuk perubahan. Mau semangat ini dibangun maka perubahan menjadi tolok ukur," imbuhnya.
Sementara itu, Pengamat transportasi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan bahwa penerapan ganjil genap di Jakarta dapat meniru kesuksesan dari Beijing, China. Dia menjelaskan sebelum 2008, Beijing memiliki banyak masalah terkait kemacetan. Kendati memiliki Mass Rapid Transit (MRT) terpanjang di dunia namun masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi dibandingkan dengan angkutan umum.
Beijing berbenah ketika menghadapi perhelatan Olimpiade Musim Panas 2008 dengan memberlakukan sistem ganjil genap untuk mengurai kemacetan. Sistem ganjil genap yang dilakukan di Beijing lebih ketat dibandingkan dengan Jakarta.
"Misalnya, untuk Senin berlaku nomor plat kendaraan ganjil sembilan dan satu [diperbolehkan mengakses jalan]. Selasa berlaku nomor genap, yaitu depalan dan dua. Rabu berlaku nomor ganjil, yaitu tujuh dan tiga. Kamis berlaku nomor genap, yakni enam dan empat. Jumat berlaku nomor lima dan nol, sedangkan Sabtu dan Minggu tidak berlaku kebijakan ganjil genap," kata Djoko kepada Bisnis.
Selain itu, selama ajang olahraga ini berlangsung tarif transportasi seperti bus dan kereta turun drastis dengan masing-masing biaya senilai 1 yuan atau Rp2.000 (bus) dan 2 yuan atau Rp4.000 (kereta). Tarif parkir naik sekitar 20-40 kali dibandingkan dengan tarif transportasi umum, sepeda motor dilarang masuk kawasan khusus kecuali pukul 24.00--06.00.
Hal ini terbukti ampuh untuk mengubah mindset masyarakat Beijing untuk berpindah ke angkutan umum sehingga kondisi jalanan menjadi lancar. "Kini kebijakan itu masih tetap berlangsung dengan dilengkapi aturan baru seperti setiap tiga bulan sekali dilakukan rotasi."