Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha muda DKI Jakarta yang bergerak di sektor real estate didorong untuk mencermati perkembangan pasar, dengan melihat potensi pasar milenial.
Ketua Umum Hipmi Jaya Afifuddin Suhaeli Kalla mengungkapkan bahwa pengembang anggota Hipmi Jaya perlu melihat peluang pasar generasi milenial. Dari 3.000 anggota Hipmi Jaya, ada sebanyak 80 anggota sebagai pengembang.
“Pengembang yang tergabung dalam Jaya Property Club perlu menggarap pasar milenial yang belum punya rumah dengan harga sesuai dengan pendapatan mereka,” ujarnya pada seminar bertema Be The Next Property Preneur, Kamis.
Dia menjelaskan, pengembang anggota Hipmi Jaya bisa membuat properti dengan harga seefisien mungkin. Sebaliknya, pengembang susah menjual produknya kepada generasi milenial jika mereka tidak mempunyai kemampuan membeli.
Afie menambahkan, masalah di sektor perumahan ini menjadi salah satu perhatian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo, dengan program 1 Juta Rumah. Target 1 juta rumah ini merupakan hasil revisi dari program awal yang sempat dipatok dua juta unit rumah per tahun. Program ini tak hanya untuk hunian milik tetapi juga untuk rumah sewa, rumah khusus dan rumah swadaya atau yang biasa dikenal “bedah rumah”.
Menurutnya, ada ketimpangan antara pasokan dan kebutuhan. Dari sisi pasokan, para pengembang belum memiliki kapasitas yang mumpuni untuk bisa memenuhi backlog rumah. Belum adanya regulasi yang mendukung membuat gerak para pengembang sangat terbatas.
Adapun, kebutuhan masyarakat terhadap perumahan sangat tinggi. Namun, keterjangkauan mereka sangat rendah terutama untuk golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Itulah sebabnya mengapa masih banyak MBR yang tinggal di rumah tidak layak huni”.
“Cakupan Program 1 Juta Rumah ini lebih luas tidak hanya untuk MBR. Program ini juga termasuk pembangunan hunian bagian kalangan non MBR atau rumah-rumah komersial yang tak disubsidi. Bagi golongan MBR yang berhak mendapat subsidi, mereka dapat menikmati berbagai fasilitas dari pemerintah yaitu hanya kewajiban uang muka KPR 1%,” ungkapnya.
Ketua Panitia Pelaksana, Fristian Kalalembang menjelaskan rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sayangnya, kebutuhan ini kerap kali terabaikan karena harganya yang selangit. Tingkat kenaikan gaji sudah tidak mampu menandingi kenaikan harga rumah. Di kota-kota besar, harga rumah tumbuh lebih tinggi dari tingkat inflasi. Real Estate Indonesia (REI) mencatat kenaikan harga rumah di kota besar sudah mencapai 10% – 30%.
Angka tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi Indonesia yang rata-rata mencapai 5% dalam 5 tahun terakhir. Oleh karena itu, sebagai organisasi kader pengusaha, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) memiliki peran dan tanggung jawab dalam pengembangan kewirausahaan dan menumbuhkembangkan potensi pengusaha muda yang profesional dan bertanggung jawab.
“Peran yang sangat strategis diwujudkan dalam program aksi dan implementasi dalam berbagai bentuk kegiatan seperti yang diadakan hari ini, yaitu Jaya Properti Club. Acara ini diadakan dalam rangka kepedulian dan mencari solusi mengenai permasalah dalam bidang properti.”