Bisnis.com, JAKARTA – Greenpeace Indonesia menuding kualitas udara di Jakarta kian memburuk dan terpantau berbahaya.
Hal ini bertentangan dengan klaim Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebutkan pihaknya berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 22 persen pada 2019, sedangkan Pemprov DKI Jakarta sendiri menargetkan penurunan 30 persen pada 2030.
"Sekarang masih 2019 jadi kita masih ada 11 tahun tapi kita sudah mencapai 22%, artinya kita melakukan dengan baik. Mudah-mudahan kita bisa lebih awal daripada target 2030," kata Anies.
Greenpeace Indonesia mencatat bekurangnya kendaraan di Jakarta saat libur Lebaran tidak berdampak signifikan pada perbaikan kualitas udara di Jakarta.
Pada H-1 Lebaran atau 4 Juni 2019, partikel polusi PM2,5 harian mencapai 70,8ug/m3. di atas baku mutu udara nasional sebesar 65 ug/m3.
Jurru Kampanye Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengungkapkan bahwa polusi di Jakarta tidak hanya bersumber dari kendaraan bermotor, tetapi juga delapan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan rencana penambahan empat PLTU di radius 100 km Jakarta.
Data rata-rata tahunan PM2,5 di Jakarta berada di angka 34,57 ug/m3, dua kali lipat baku mutu udara ambian nasional yaitu 15 ug/m3.
Dokumen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2018 juga menunjukkan ada 196 hari dalam satu tahun yang dikategorikan tidak sehat.
"Pemerintah baik pusat maupun daerah secara pelan-pelan sedang membunuh warganya sendiri apabila tidak serius dalam menangai masalah pencemeran udara," kata Bondan pada Selasa (18/6/2019).