Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berkaca pada Masalah dan Musibah, Refleksi Awal 2020

Kitalah yang harus bersama-sama membawa bangsa ini menuju kejayaan dan kemakmuran, bukan hanya presidennya.
Sebuah mobil yang terseret arus banjir melintang di jalan di Kompleks IKPN Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (3/1/2019). Banjir yang disebabkan meluapnya Kali Pesanggrahan di Kompleks IKPN Bintaro itu mulai surut./Antara-Hafidz Mubarak A
Sebuah mobil yang terseret arus banjir melintang di jalan di Kompleks IKPN Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (3/1/2019). Banjir yang disebabkan meluapnya Kali Pesanggrahan di Kompleks IKPN Bintaro itu mulai surut./Antara-Hafidz Mubarak A

Berkaca pada Masalah dan Musibah, Refleksi Awal 2020

Oleh : Jahja B Soenarjo
Ketum CEO Business Forum Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Kita baru saja melewati 2019 yang sarat dengan gejolak politik maupun ekonomi. Mulai dari hiruk pikuk pilpres yang dimanfaatkan sekelompok orang untuk memecahbelah, perang dagang dan resesi global yang masih berlangsung, bencana alam serta perubahan iklim ekstrem, dan masih banyak lagi. Kita lupakan dulu sesaat membahas disrupsi digital.

Meninggalkan tahun yang berlalu dengan kenangan, tiba-tiba saja tanggal 1 Januari 2020 kita sambut dengan genangan, demikian kata-kata komentar di berbagai sosmed, disertai foto atau video musibah banjir dimana-mana. Kemirisan di tengah kegembiraan suasana tahun baru.

Salah siapa semua ini?

Ada yang mengatakan ini salah Gubernur. Ada juga yamg mengatakan salah rakyat buang sampah sembarangan. Ada pula yang menuding salah Pemerintah Pusat tidak bertindak tehadap Gubernur yang sudah tidak kompeten. Dan lain sebagainya.

Lalu dimana akar masalahnya? Soal rakyat yang tidak disiplin? Soal Gubernur yang main pangkas anggaran dan memangkrakan proyek normalisasi sungai-sungai di wilayah Jakarta? Salah DPRD yang juga diam tidak menunjukkan keberpihakan kepada rakyat? Salah para gubernur yang sebelumnya? Salah para penghasut radikal yang membuat sebagian rakyat salah pilih? Atau salah kita semua?

Kalau kita mau jujur, saya lebih suka mengatakan hal ini sebagai hasil pembinaan moral yang gagal dan kemerosotan dalam karakter bangsa yang (dikenal) bermartabat dan menjunjung nilai-nilai kehidupan yang saling menghormati. Demokrasi mulai kebablasan setelah otonomi daerah bergulir, ditambah dengan era teknologi informasi yang membebaskan orang bersuara di sosmed tanpa etika.

Dalam dua dekade terakhir kita melihat menjamurnya orang-orang terjun menjadi politikus, merasa layak dan berhak serta berambisi menjadi anggota Dewan, jadi ketua atau pengurus partai, organisasi atau apapun. Organisasi2 pun bermunculan bagai cendawan di musim hujan, menjual jasa pengumpul massa, pemgumpul suara, cyber army, jasa keamanan, dan banyak versi lainnya. Kesantunan mulai luntur, demo dan hoax menjadi makanan kita sehari-hari, sebagian masyarakat khususnya kelas bawah dan kaum buruh terperangkap dalam jaring pembodohan yang dilakukan oleh oknum bangsa sendiri yang ambisius dan haus kekuasaan dan materi. Hasilnya?

Korupsi tetap berkelanjutan, janji para politikus dan pemimpin-peminpin hanya isapan jempol, menata kata manis untuk pencitraan yang menutupi perbuatan. Kita sudah melihat banyaknya oknum yang ditangkap karena kasus korupsi. Investasi yang mahal untuk berpolitik atau sebuah jabatan harus didanai siapa dan bagaimana balik modal?

Karakter yang ambisius telah mengesampingkan etika dan integritas.

Berkaca pada Masalah dan Musibah, Refleksi Awal 2020

Petugas menggunakan beko membersihkan endapan lumpur di kawasan Waduk Pluit, Jakarta, Jumat (2/1/2020). Pemprov DKI Jakarta menyiagakan kendaraan beko tersebut untuk melakukan pengerukan endapan lumpur serta mengangkut sampah sebagai upaya mengantisipasi banjir./Antara-Muhammad Adimaja

Jakarta banjir paling hebat kali ini, satu titik seluas ibu kota. Saya memandang ini juga tidak lepas dari pemimpin-pemimpin jauh sebelumnya, yang mungkin kurang memperhatikan masalah tata ruang jangka panjang. Izin-izin digelontorkan untuk para pengembang yamg bisa saja secara tak langsung ikut mengarahkan berubahnya tata ruang, dari periode ke periode, dari satu pemimpin ke pemimpin berikutnya, dengan kepentingan yang sama bagi para pengusaha.

Infrastruktur, pembenahan DAS, ruang hijau, banyak terbengkalai, hingga peroide Pak Jokowi dan Basuki, duet yang memulai pembenahan menyeluruh, termasuk mental ASN. Ini pekerjaan besar dan jangka panjang, terpaksa terjegal oleh proses demokrasi yang ternodai dengan isu agama. Sebagian rakyat bersorak, sekarang sebagian dari mereka menjadi korban bencana. Pekerjaan mereka belum selesai tapi sudah terjegal.

Pembunuhan karakter terhadap orang baik dan berpotensi memang sangat kejam, belum lagi neraca keadilan yang tidak adil di meja hijau. Ambisi telah menghalalkan segala cara untuk menjadi pemimpin. Sentimen ras dan agama, atau isu lain dihembuskan melalui sekelompok yang dapat dibayar untuk itu. Buruh dijanjikan upah tinggi tanpa ada program produktivitas, rakyat dijanjikan bantuan sosial, dan berbagai janji lainnya.

Sekali lagi, karakter bangsa terkikis ambisi san syahwat kekuasaan.

Jadi apakah kita juga salah dengan banjir Jakarta? Mungkin ya, bila kita hanya ingin mementingkan diri sendiri. Bersuaralah melalui media dengan santun, melalui organisasi, melalui anggota dewan yang kita pilih bahkan kita kenal, melalui partai yang kita terlibat. Kalau hanya voting dan broadcast viralkan berita, percuma, cobalah melangkah ke gugatan ‘class action’, publik memang punya hak.

Para pemimpin kita dan para koruptor sudah keras kepala dan tidak punya rasa malu, tidak bakal mereka dengan ikhlas mengundurkan diri. Hal yang sangat langka di republik ini dan bila terjadi, anggaplah itu mukjizat dalam keniscayaan.

Berkaca pada Masalah dan Musibah, Refleksi Awal 2020

Foto udara sejumlah kendaraan bermotor melintasi Jalan Boulevard Barat Raya yang tergenang banjir di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (2/1/2020). Meski banjir yang terjadi sejak Rabu (1/1) mulai surut, tetapi sejumlah titik di Kelapa Gading terpantau masih tergenang banjir dengan ketinggian 15-30 centimeter sehingga menghambat aktivitas warga dan roda perekonomian setempat./Antara-Aditya Pradana Putra

Mungkin kita pernah menonton film ‘A Few Good Men’, artikan saja bahwa memang orang baik dan berkarakter makin sedikit, seakan kita berselancar melawan arus besar.

Kitalah yang harus bersama-sama membawa bangsa ini menuju kejayaan dan kemakmuran, bukan hanya presidennya. Beliau hanya lima tahun, dan bersyukur bila penerusnya memiliki visi yang sama untuk melanjutkan atau lebih baik lagi, sehingga ketertinggalan di kancah global akan terkejar, menjadi bangsa yang mandiri.

Mari mulai bersikap dan bertindak nyata, real deal! Indonesia butuh kita!

Selamat Tahun Baru 2020 dengan semangat baru. Kiranya Tuhan YME memberi petunjukNya dan selalu mengingatkan kita untuk menjaga kebenaran melalui keteladanan kita.

Salam jabat erat untuk kemajuan Indonesia!


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : JIBI
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper