Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tanpa Dirut, Transjakarta Tetap Targetkan Capaian Besar pada 2020

"Jadi kita berusaha. Istilahnya, siapa pun nahkodanya, eh, jangan nahkoda, itu kapal. Siapapun pramudinya, bus ini (PT Transportasi Jakarta) harus terus jalan dan sampai tujuan tepat waktu."
Penumpang di dalam bus Transjakarta saat melintas di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (7/8/2018). /Antara
Penumpang di dalam bus Transjakarta saat melintas di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (7/8/2018). /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Transjakarta sekaligus Direktur Teknik dan Fasilitas Transjakarta Yoga Adiwinarto mengaku optimis PT Transjakarta  tetap berjalan baik  meski tanpa Direktur Utama.

"Jadi kita berusaha. Istilahnya, siapa pun nahkodanya, eh, jangan nahkoda, itu kapal. Siapapun pramudinya, bus ini (PT Transportasi Jakarta) harus terus jalan dan sampai tujuan tepat waktu," ujar Yoga selepas menghadiri rapat bersama DPRD DKI Jakarta, Senin (3/2/2020).

Seperti diketahui, PT Transjakarta baru saja diterpa polemik 'salah pilih' direktur utama. Agung Wicaksono yang mengundurkan diri, digantikan oleh Donny Andy S Saragih yang ternyata berstatus tersangka kasus penipuan.

Yoga menjamin bahwa polemik tersebut tak akan berpengaruh besar di tubuh Transjakarta. Jajaran direksi berbekal pondasi kuat berupa dokumen rencana kerja dan kebijakan strategis, lengkap dengan target-target pengembangan perusahaan.

"Jadi kami berempat, direksi, komitmen terus menjalankan itu. Karena prosesnya lama, butuh waktu untuk sampai ke situ [dokumen rencana Transjakarta]. Dialog dan sebagainya, jadi itu sebuah dokumen yang solid," ungkap Yoga.

"Siapapun manajemennya, itu tetap jadi pondasi kami di tahun 2020. Bahkan, kita sedang buat Rencana Jangka Panjang Perusahaan [RJPP]. Itu untuk 5-10 tahun ke depan," tambahnya.

Dalam rapat bersama Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta, Direksi Transjakarta menekankan empat target utama yang akan dicapai. Yakni terkait peningkatan ridership, pelayanan armada, infrastruktur, dan pendapatan nontiket.

Target peningkatan total ridership mencapai 321 juta pelanggan pada 2020. Naik 32% dari pencapaian tahun sebelumnya, yakni total 264 juta pelanggan dengan rekor 998.658 pelanggan dalam satu hari.

Sementara itu, target jumlah pelayanan armada bus Transjakarta ditingkatkan hingga 19%, atau sejumlah 4.334 armada. Dengan perincian 967 bus rapid transit (BRT), 1.167 bus nonbrt, dan 2.200 mikrotrans.

Dengan penambahan jangkauan layanan dari 278 rute menjadi 285 rute, "Karena gini, 278 rute yang ada sekarang pun bisa kita evaluasi dan modifikasi. Jadi, rute yang eksisting bisa kita modif plus rute yang baru," tambahnya.

Yoga mengungkap bahwa kini Transjakarta tengah merealisasikan kontrak dengan para operator mikrotrans yang baru.

"Bus kecil ini juga kita sudah ada kontrak payung. Lebih cepat, tinggal klik forward. Kita minta 50-100 bus. Jadi kalau dari saya, yang mikrotrans itu yang paling on the track. Mudah-mudahan tidak sampai dua bulan lagi, atau kuartal III 2020 sudah bisa menggelinding," ungkapnya.

Sepeninggalan Agung, Transjakarta telah menjalin kontrak buy service dengan beberapa operator bus, yakni Damri, PPD, Mayasari Bakti, Steady Safe, Pahala Kencana, Kopaja, dan Transwadaya.

Sementara untuk mikro bus, Transjakarta telah menggandeng KWK, Puskopau, Budi Luhur, Kopamilet Jaya, Komika Jaya, Komilet Jaya, Kolamas Jaya, Purimas Jaya, Lestarisurya Gema Persada, Kencana Sakti.

Halte Jadi Kunci

Yoga mengungkap bahwa pembangunan infrastruktur pendukung merupakan kunci terlampauinya seluruh target. Transjakarta berencana merevitalisasi 40 halte dan membawanya sebagai ladang pendapatan nontiket.

Tak tanggung-tanggung, target pendapatan nontiket Transjakarta mencapai Rp415 miliar pada 2020 dari persewaan retail, serta periklanan di dalam bus dan halte Transjakarta.

Padahal, Transjakarta sendiri baru memulai eksplorasi pendapatan nontiket lewat iklan dalam bus dengan capaian Rp40 miliar dari signing fee dengan penyedia iklan luar ruang yang terpilih.

Namun, sebelum membuat halte ke ranah komersil, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Sebab, aset halte di seluruh Jakarta masih merupakan aset Pemprov DKI Jakarta.

"Sekarang baru 6 halte yang kita sudah diberikan hak. Yaitu halte yang dimandatkan integrasi. CSW, Tosari, Bundaran HI, Cawang UKI, Pemuda Rawamangun, Lebak Bulus. Sudah ada mekanismenya di peraturan gubernur. Kita tinggal bersurat ke Pemprov DKI," ungkap Yoga.

"Jadi nanti bisa dilihat nih di halte-halte bus ini sudah dibranding ada public announcement, tapi belum berupa iklan. Itu upaya kita menarik marketer, semacam public campaign kita, bahwa halte kita sudah siap dipasang iklan," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper