Bisnis.com, JAKARTA - Pakar epidemiologi mengingatkan agar Pemerintah Provinsi DKI tak terlena dengan 'kabar baik' dari data-data statistik terbaru pandemi Covid-19 di Jakarta.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menjelaskan hal tersebut kepada Bisnis, Jumat (22/5/2020).
Menurutnya, Jakarta memang memiliki perkembangan yang baik. Namun, Ibu Kota masih perlu waspada karena 'blunder' sedikit saja, justru bisa memicu gelombang kedua Covid-19.
"Ini karena import case atau kasus dari luar Jakarta yang masuk, karena mobilitas warga. Daerah [lain] yang sekarang ini sedang gencar itu ada yang klaster Bogor, klaster Gowa yang akhirnya merambat jadi klaster pesantren di beberapa tempat, itu gara-gara import case. Jadi setelah lebaran nanti, DKI jangan ambil risiko untuk pelonggaran," ujarnya.
Menurut Miko, import case tersebut tampak dari melonjaknya kasus di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Jangan sampai Jakarta ikut mendapatkan limpahan kasus, karena memberikan kelonggaran PSBB atau menerima kembali para pemudik.
Seperti diketahui, untuk mengatasi hal tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menelurkan kebijakan pembatasan keluar-masuk Jakarta bagi warga ber-KTP di luar Jabodetabek.