Bisnis.com, JAKARTA -- Dalam empat pekan terakhir, positivity rate DKI Jakarta merangkak naik. Pada 30 November 2020, Ibu Kota mencatat persentase positif Covid-19 dalam satu pekan sebesar 8,7 persen.
Kemudian pada 7 Desember 2020, positivity rate sepekan naik menjadi 9 persen. Tujuh hari selanutnya kembali naik menjadi 9,9 persen dan bertahan hingga 21 Desember 2020.
Hari ini, Rabu (28/12/2020), positivity rate melonjak menjadi 12,1 persen. Capaian ini semakin menjauh dari standar yang ditetapkan WHO, yakni 5 persen.
“WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5%,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia dalam keterangan resmi, Senin (28/12/2020).
Sementara itu pasien positif bertambah mencapai 1.678 orang, sehingga jumlah total positif Covid-19 menjadi 177.604 orang.
Meskipun bukan penambahan tertinggi, secara konsisten, penambahan kasus harian telah lebih dari 1.500 orang per hari. Pada akhir pekan lalu, selama dua hari berturut-turun kasus positif di DKI Jakarta bertambah lebih dari 2.000 orang per hari.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memberi sinyal pihaknya bakal menarik rem darurat atau emergency break di tengah peningkatan kasus konfirmasi positif Covid-19 harian di DKI Jakarta.
Keputusan untuk menerapkan kembali PSBB ketat bakal diambil setelah diadakannya evaluasi pada 3 Januari 2021 mendatang.
“Apakah dimungkinkan nanti Pak Gubernur akan ada emergency break nanti kita akan lihat sesuai dengan fakta dan data, memang ini sangat dinamis sekali terkait fakta dan data,” kata Ariza di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Minggu (27/12/2020).
Dengan demikian, Ariza meminta seluruh pihak kooperatif dalam mematuhi protokol kesehatan agar tidak terjadi peningkatan kasus harian selepas libur akhir tahun.
“Jangan sampai nanti ada peningkatan luar biasa sehingga kami Pemprov dengan jajaran, Pak Gubernur, terpaksa mengambil kebijakan untuk memperketat PSBB,” kata Ariza.
Namun sinyal tersebut kemudian ditangkap negatif oleh pengusaha. "Jika kembali seperti yang dulu tentu akan membuat aktivitas ekonomi semakin terbatas dan stagnan. Ini sinyal ekonomi yang kurang baik diawal tahun dan secara psikologis akan menurunkan rasa optimisme dikalangan pelaku usaha," kata Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI Jakarta Sarman Simanjorang melalui pesan tertulis, Senin (28/12/2020).