Bisnis, JAKARTA - Ancaman banjir masih mengintai warga bantaran kali di wilayah DKI Jakarta. Salah satunya di kawasan Karet Tengsin Jakarta Pusat, warga masih waspada terhadap potensi luapan Sungai Krukut yang sejak Sabtu 20 Februari 2021 menggenangi permukiman.
Ratusan warga di kawasan tersebut terdampak banjir sejak Sabtu pagi dini hari. Listrik sempat padam sekitar 17 jam. Masyarakat kini masih mengamankan barang berharga seperti sepeda motor di tempat yang aman dari banjir.
Dengan kondisi banjir yang melanda Ibu Kota, PDI Perjuangan DKI Jakarta meminta Gubernur Anies Baswedan tidak menyalahkan pihak lain terkait banjir yang melanda Ibu Kota selama beberapa hari terakhir.
PDI Perjuangan mencatat 193 RT terendam dan diperkirakan 1.400 lebih warga harus mengungsi, padahal terhitung sejak September 2020, PDI Perjuangan sudah mengingatkan kepada Pemprov DKI Jakarta untuk lebih fokus lagi menjalankan dan meneruskan program-program penanganan banjir.
Ketua Umum DPD PDI Perjuangan provinsi DKI Jakarta Ady Widjaja mengatakan lemahnya sistem peringatan dini ditengarai menjadi penyebab tingginya nilai kerugian dalam banjir di Jakarta kemarin.
Banjir menimbulkan kerugian materiel, kerugian fisik, dan kesehatan terhadap warga terdampak. Apalagi, tidak siapnya lokasi penampungan atau pengungsian sangat rentan menimbulkan klaster baru penularan Covid-19.
Baca Juga
"Seharusnya banjir kali ini dapat dihindari, atau dapat diantisipasi, kami sangat mengkhawatirkan korban banjir yang manula, anak-anak, dan balita. Tempat pengungsian harus bisa di-manage dengan baik, jangan sampai menjadi klaster penyebaran baru Covid-19," kata Ady, dalam keterangannya, Minggu (21/2/2021).
Ady menambahkan, PDI Perjuangan DKI Jakarta berupaya meringankan beban korban banjir dengan mendirikan dapur umum, memastikan warga terkena banjir bisa mendapatkan makanan, dan memastikan kebutuhan lain seperti masker dan hand sanitizer.
"Yang perlu menjadi perhatian khusus adalah warga terdampak banjir harus tetap menerima asupan gizi yang baik untuk menjaga imunitas tubuh karena pandemi masih mengintai."
Sementara itu, menurut data BPBD DKI Jakarta, sebanyak 113 RW di beberapa wilayah di Ibu Kota tergenang akibat banjir.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan curah hujan yang ekstrem menyebabkan genangan di banyak wilayah di Jakarta. Meskipun demikian, Anies mengklaim kondisi Ibu Kota masih bisa ditangani oleh pemerintah daerah.
"Meski curah hujan tinggi situasi tetap terkendali," kata Anies, Sabtu (20/2/2021).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan di Ibu Kota pada 20 Februari sebesar 226 milimeter per hari. Angka sebesar itu menurut BMKG termasuk kategori cuaca atau hujan ekstrem karena di atas 150 milimeter per hari.
Tak hanya Jakarta yang sedang dilanda cuaca ekstrem. Sebelumnya, beberapa kota di Indonesia juga sempat dilanda hujan ekstrim. Di Semarang, misalnya pada 6 Februari 2021 diguyur hujan ekstrem dengan curah hujan 177 milimeter per hari.
Karena curah hujan yang ekstrem itu membuat banyak genangan. BPBD mencatat belum ada area strategis yang terdampak dari derasnya hujan yang menguyur Ibu Kota.
Luas Area yang tergenang pun sekitar 4 kilometer, jauh lebih kecil ketimbang luas genangan pada 1 Januari 2020 yang mencapai 156 kilometer.
Anies mengatakan sejumlah genangan sudah surut. Meski begitu, Anies mengatakan masih ada kawasan yang tergenang yakni di daerah dekat sungai yang meluap karena mendapat kiriman dari hulu, misalnya Sungai Krukut.
Menurutnya, karena debit yang besar membuat air di Sungai Krukut meluap ke semua jalan yang dilalui. Jalan Kemang Raya, Tendean, Gatot Subroto, Sudirman, dan Bendungan Hilir, pun tergenang.