Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan kawasan berorientasi transit (KBT) yang dibangun PT MRT Jakarta di beberapa lokasi di DKI Jakarta melalui anak usahanya PT Integrasi Transit Jakarta (ITJ) dinilai cukup menarik bagi para investor.
Commercial Director PT Integrasi Transit Jakarta Mochamad Hasan mengatakan terdapat 9 proyek awal yang dapat menjadi alternatif investasi. Proyek tersebut di antaranya berlokasi di Lebak Bulus, Dukuh Atas, Blok M, dan Istora Senayan.
Sejumlah proyek yang dibangun, antara lain: Plaza Transit MRT, Taman Martha Tiahahu, Hunian Terjangkau di kawasan PRK Fatmawati, Hunian Terjangkau Lahan Grafika di Lebak Bulus, dan Hunian Terjangkau Park And Ride Lebak Bulus.
"Untuk menarik investasi, harus ada insentif. Dan kami, dengan berbagai pengembangan tadi, sudah memeroleh insentif dari pemerintah. Jadi, secara nilai terjangkau dan menghasilkan untuk investasi," ujar Mochamad secara virtual, Rabu (6/10/2021).
Namun demikian, sambungnya, terdapat beberapa hal yang dinilai menjadi penghambat, di antaranya: pertama, adanya pembatasan lalu lintas melalui sistem gajil-genap; kedua, pengurangan on street parking.
Ketiga, biaya parkir dalam gedung kantor ataupun pusat perbelanjaan mahal; keempat, kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Baca Juga
Tidak hanya itu, beberapa hal lain yang menjadi tantangan dalam pengambangan kawasan berorientasi transit adalah lesunya pengembangan properti di DKI Jakarta mengikuti tren global.
"Salah satunya diakibatkan oleh penurunan daya beli masyarakat," kata Mochamad.
Perubahan mindset dan gaya hidup masyarakat sehingga terjadi perubahan preferensi atas pengembangan properti juga dinilai sebagai tantangan.
Selain itu, pembangunan dengan konsep KBT di DKI Jakarta merupakan pilot project di Indonesia, sehingga belum memiliki preseden ataupun benchmark.
Adapun, perusahaan telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan tersebut di antaranya melakukan pengembangan investment based project atas pembangunan fasilitas publik untuk menarik minat investor.
Kemudian, membuka fleksibilitas perencanaan pengembangan mempertimbangkan perubahan gaya hidup masyarakat, mengedukasi masyarakat mengenai pergeseran arah pembangunan dari car oriented menjadi transit oriented.
Terakhir, memberi paket insentif bagi untuk realisasi investasi dengan jaminan dasar hukum yang kuat.