Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Panggung Politik Anies setelah Jabatan Gubernur DKI Jakarta Berakhir

Pengamat politik Ujang Komarudin mengomentari peluang Anies Baswedan menjadi calon presiden (capres) pada Pilpres 2024.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghadiri Milad ke-20 Partai Keadilan Sejahtera di Istora Senayan, Kompleks GBK, Jakarta, Minggu (29/5/2022). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/nz.rn
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghadiri Milad ke-20 Partai Keadilan Sejahtera di Istora Senayan, Kompleks GBK, Jakarta, Minggu (29/5/2022). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/nz.rn

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat politik Ujang Komarudin mengomentari peluang Anies Baswedan menjadi calon presiden (capres) pada Pilpres 2024.

Menurut dia, peluang itu tergantung pada bagaimana Anies bisa memiliki panggung-panggung politik atau momentum politik pasca-tidak menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober 2022.

Apabila Anies masih menjabat sebagai gubernur, kemungkinan akan mudah bagi dirinya menaikkan elektabilitas dan mendapat dukungan.

"Ketika sudah tidak menjadi gubernur lagi, itu yang menjadi pertanyaan, yang akan menjadi tantangan tersendiri bagi Anies bisa mempertahankan elektabilitas ataupun tidak karena biasanya orang yang tidak memiliki kekuasaan dan jabatan itu cenderung ditinggalkan," kata Ujang kepada Bisnis, Rabu (8/6/2022).

Menurutnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta yang terpilih akan mempengaruhi kiprah politik Anies ke depan. Terlebih, bila orang yang terpilih berseberangan politik dengannya.

Menurut Ujang, Pj gubernur yang menggantikan Anies akan mengonsolidasikan diri membangun birokrasi, termasuk memimpin Jakarta dan kecenderungannya akan taat kepada orang yang memilihnya.

"Kita lihat saja nanti Pj gubernur ini menjadi penting bisa jadi orang dekat Presiden dan dikonsolidasikan untuk tanda kutip di belakang layar mendukung pihak tertentu, Capres tertentu, mendukung gubernur tertentu juga. atau bisa jadi mendukung partai politik tertentu," katanya.

Oleh karena itu, peluang Anies apakah masih memiliki panggung politik atau tidak. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi elektabilitas Anies sebagai capres.

"Dalam artian bisa tebar pesona ke rakyat punya jabatan lagi. Ya, itu masih bisa menjaga elektabilitas," katanya.

Formula E

Meskipun dibantah Anies, menurut Ujang, Formula E merupakan ajang politik.

"Lihat saja dulu Erick Thohir saat menjadi Panitia Asean Games, itu momentum olahraga. Acara sukses dan dia diangkat menjadi ketua tim sukses Jokowi-Ma’aruf dan menang. Dia menjadi menteri BUMN. Dan sekarang (kabarnya akan) menjadi capres dan wapres. Artinya itu panggung politik," kata Ujang.

Begitu pula dengan MotoGP Mandalika, Ujang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan panggung politik Erick Thohir dan Sandiaga Uno.

Maka, dia menyebut bahwa Formula E merupakan panggung politik Anies menuju Pilpres 2024.

"Kita tahu (Anies) figur capres yang tanda kutip tidak disukai kelompok Istana. Tidak ada dukungan pemerintah, sumbangan BUMN untuk Formula E. Itu menjadi risiko politik yang ditanggung Anies, karena lawan melihat sebagai panggung politiknya Anies," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan peluang Anies terusung di Pilpres 2024 menunggu ketetapan koalisi yang terbentuk.

Dia mengatakan jika memungkinkan ada tiga poros, maka Gubernur DKI itu memiliki potensi diusung tiga partai yakni Demokrat, Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Dalam gelaran pilpres, parpol memerlukan komitmen tokoh yang diusung, sehingga memungkinkan adanya bargaining (tawar-menawar) politik bagi Anies untuk masuk ke parpol agar keterusungannya lebih terjamin," kata Dedi.

Meskipun demikian, Anies tidak harus menjadi kader parpol. Dia akan tetap akan dominan dalam skema pemilihan, mengingat kepercayaan publik pada parpol cukup rendah saat ini.

Propaganda

Dedi juga mengatakan bahwa Anies belakangan sudah mulai melakukan propaganda sebelum melaju menjadi capres. Seperti pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) dan gelaran Formula E (FE) dapat mempengaruhi elektabilitas.

"Siapapun tokohnya, akan lakukan propaganda seolah-olah berprestasi, apalagi jika memang prestasi itu ada, tentu akan menjadi materi propaganda politik. Pun Anies, tidak akan lepas dari isu prestasi keberhasilan menyelesaikan JIS, juga menyelenggarakan FE. Situasi ini punya daya pengaruh bagi elektabilitas Anies," pungkasnya.

Berdasarkan survei IPO pada 23-28 Mei 2022, Anies Baswedan mendapatsuara terbanyak dibandingkan 9 nama lainnya. Disusul Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Agus Harimurti Yudhoyono, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Puan Maharani, Erick Thohir, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper