Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Properti Diminta Kontribusi Kurangi Polusi Udara

Para pengembang juga diharapkan mengusung konsep eco city atau eco living dalam membangun hunian. Hal ini sebagai upaya mengurangi kendaraan pribadi di kawasan.
Kawasan permukiman besutan PT Alam Sutera Tbk. di Tangerang. Alam Sutera memiliki beberapa segmen andalan yang menopang penjualan properti perseroan mulai dari properti hunian hingga properti komersial seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan./alam-sutera.com
Kawasan permukiman besutan PT Alam Sutera Tbk. di Tangerang. Alam Sutera memiliki beberapa segmen andalan yang menopang penjualan properti perseroan mulai dari properti hunian hingga properti komersial seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan./alam-sutera.com

Bisnis.com, JAKARTA – Permasalahan polusi udara yang terjadi di Jakarta dan kota sekitarnya terus menjadi perhatian masyarakat dalam beberapa bulan terakhir.

Berdasarkan data situs pemantau udara (IQAir), pada Senin (18/9)  Indeks Kualitas Udara Jakarta berada di angka 149. Angka ini termasuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 55,2 mikrogram per meter kubik.

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga menuturkan kondisi polusi udara sebenarnya bukan sesuatu yang baru, karena Jabodetabek dan terutama Jakarta selalu mendapatkan peringkat antara 1 sampai 3 dalam 5 tahun terakhir ini terkait polusi udara yang parah.

Menurutnya, jika tidak ada upaya signifikan dalam menanggulangi masalah ini, maka diperkirakan dalam lima tahun mendatang kondisi polusi udara tetap akan seperti saat ini.

Adapun salah satu penyebab utamanya dari masalah polusi udara yakni emisi gas buang kendaraan bermotor yang tidak terkendali.

Peningkatan kualitas udara memerlukan pembangunan transportasi yang terintegrasi dan dikelola oleh satu otoritas tunggal.

Otoritas tunggal ini sangat diperlukan untuk mengatur transportasi yang berada di kawasan Bodetabek agar terintegrasi dengan area Jakarta.

Dia menilai angkutan massal seperti Transjakarta semestinya melayani berbagai wilayah tanpa terkendala oleh batas provinsi.

“Seluruh transportasi umum itu harus menyatu misalnya dari Jakarta mau ke Cibubur atau ke Bogor, atau dari Jakarta ke kawasan Tangerang. Kalau di luar negeri itu satu manajemen, di Indonesia masih terpecah-pecah karena itu ideal bus Transjakarta menjadi bus Transjabodetabek jadi lebih mudah lintas wilayah,” ujarnya, dikutip Selasa (19/9/2023). 

Selain itu, peran pengembang sangat penting untuk menyediakan transportasi internal yang dapat digunakan oleh penghuni yang terhubung dengan transportasi umum.

Selama ini, pengembang hanya melihat kedekatan wilayah dengan akses jalan tol. Oleh karena itu juga penting melakukan integrasi tata ruang kota dengan sistem transportasi publik bukan hanya menghubungkan jalan tol.

“Banyak perumahan yang terhubung langsung ke jalan tol tanpa memprioritaskan transportasi public sehingga 90 persen masyarakat yang tinggal di Bodetabek memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang umum. Untuk membangun kota, kawasan dengan udara bersih maka harus terus membangun kawasan eco green living dan ini perlu waktu dalam membangun konsep ini,” tuturnya.

Tak hanya itu, para pengembang juga diharapkan mengusung konsep eco city atau eco living dalam pengembangan hunian.

Hal ini sebagai upaya mengurangi kendaraan pribadi di area perumahan dan juga mengurangi polusi udara.

Nirwono menuturkan terdapat 4 pilar dalam membangun fondasi eco city atau eco living yakni membuat kondisi yang nyaman untuk orang berjalan kaki, menuju satu tempat ke tempat lainnya, misalkan ke sekolah, pasar dan fasilitas lainnya.

“Di luar negeri ini sudah berkembang dengan istilah POD (pedestrian oriented development), kita dengan iklim tropis, sebaiknya pedestrian ini dipayungi oleh pepohonan, agar lebih nyaman,” ucapnya.

Kemudian, pembangunan kawasan, perumahan itu harus berhubungan dengan lingkungan yang sehat, dari air dan udaranya.

Selanjutnya, membudayakan jalan kaki, tapi kota-kota di Indonesia dibangun untuk kendaraan bermotor.

“Budaya jalan kaki, bersepeda dan menggunakan transportasi publik itu sangat kurang. Dan yang terakhir adalah memberikan ekologi pada makhluk lain, dengan udara bersih dan lingkungan sehat maka, hewan seperti burung akan menunjukan apakah udara bersih atau tidak. Kalau kotor atau berpolusi maka burung akan lari dari sekitar kita,” kata Nirwono. 

Sementara itu, Sales & Marketing Director PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) Lilia Sukotjo menuturkan pihaknya berkomitmen dalam upaya mengatasi polusi udara. Alam Sutera yang berdiri di atas lahan seluas 800 hektare terus ikut berperan memperbaiki kualitas lingkungan di Jabodetabek.

Sejak awal pengembangannya, kota mandiri Alam Sutera direncanakan agar keberlanjutannya berlangsung baik.

Dia mencontohkan sejak akhir tahun 1994, kawasan pedestrian ini sudah dikonsep dan juga termasuk pepohonan yang ada di pinggir jalan.

Emiten berkode ASRI ini menciptakan konsep hunian yang bisa diakses 5 hingga 10 menit berjalan kaki antar klaster.

Alam Sutera menawarkan konsep hunian yang mengedepankan jangkauan berjalan kaki untuk beraktivitas. Penyediaan area pejalan kaki yang nyaman ini mendorong penghuni untuk berjalan kaki sebagai cara efektif menurunkan polusi udara, sekaligus mengurangi aktivitas penggunaan kendaraan.

“Kami sangat setuju untuk mengurangi polusi dan membangun budaya jalan kaki, dengan istilah POD. Untuk itu, kondisi jalannya harus sehat, ruangnya cukup, dan aman. Nyaman dan aman tidak tersandung masuk got atau jatuh, tapi juga aman dari kriminalitas. Ini semua harus dirangkum dalam perencanaan yang baik. Makanya hirarki pedestrian di Alam Sutera berbeda-beda sesuai geografis areanya dan semuanya berkanopi pepohonan agar nyaman,” tuturnya.

Adapun saat ini, ASRI tengah mengembangkan Escala adalah salah satu produk kawasan terbaru di Alam Sueara yang luasnya 19 hektare. Kawasan ini akan menjadi icon dan jantung Alam Sutera yang dikembangkan sebagai area green development.

Di dalam Escala ini nantinya terdapat Forest Park yang dinamakan Rimba seluas 4 hektare dan juga pedestrian dengan panjang 1,75 kilometer yang mengelilingi Escala.

“Untuk itu, hunian yang dikembangkan vertikal (EleVee Condominium) agar bisa mendapatkan banyak ruang terbuka,” ujarnya.

Chief Marketing Officer Elevee Condominium Alvin Andronicus menambahkan di atas lahan seluas 4 hektare, akan dibangun 6 menara kondominium dengan total 1.200 unit.

Saat ini pembangunan Elevee Penthouses dan Residences ini tengah dilakukan sebanyak dua menara dengan total 533 unit tahap pertama yang dijadwalkan rampung pada akhir 2024. 

Saat ini, penjualan kondominium Elevee tahap pertama mencapai 80 persen dari total 533 unit dengan nilai Rp1 trilun.

Adapun konsumen yang telah membeli unit proyek ini berasal dari kalangan profesional dan keluarga muda yang sebelumnya telah lama tinggal di Alam Sutera. Selain itu juga mulai banyak warga negara asing (WNA) asal Singapura yang membeli hunian di Elevee.

“Serah terima tahap pertama kami jadwalkan awal 2025,” kata Alvin. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper