Bisnis.com, JAKARTA -- Keinginan Menteri BUMN Erick Thohir menutup Stasiun Karet dan mengalihkan pemberangkatan dan pemberhentian kereta rel listrik atau KRL di Stasiun BNI City memicu polemik.
Sebagian pengguna moda transportasi kereta rel listrik atau KRL menganggap kebijakan tersebut hanya melihat dari sisi regulator, bukan kepentingan penumpang yang saban hari naik turun di Stasiun Karet.
Stasiun Karet adalah hub untuk masyarakat yang akan bepergian ke kawasan Karet, Bendungan Hilir, Pejompongan, dan kawasan sekitar Tanah Abang. Stasiun Karet juga terkoneksi transportasi umum lainnya yang memudahkan mobilitas para penumpang.
Hal itu berbeda dengan Stasiun BNI City yang sejatinya berdampingan dengan Sudirman. BNI City dan Sudirman sama-sama menjadi titik penting untuk menuju ke kawasan perkantoran Sudirman-Thamrin.
Salah satu penumpang Jessica (26), misalnya, cukup keberatan dengan niat Menteri BUMN Erick Thohir menutup Stasiun Karet. Jessica merupakan pengguna transportasi umum untuk menunjang mobilitas sehari-hari.
Baca Juga
Sekitar 19.30 WIB, Jessica baru pulang dari tempat kerjanya dan menepi di Stasiun Karet. Dia adalah salah satu penumpang yang tidak setuju terkait wacana pemindahan Stasiun Karet ke BNI City.
Pasalnya, rencana KAI untuk menutup Stasiun Karet akan menambah jarak perjalanan menuju kediamannya jika harus turun di BNI City. "Kurang setuju, soalnya saya ngekos-nya di sini di Bendungan Hilir (Benhil) jadi kalau turunnya di BNI City terlalu jauh," ujarnya saat ditemui di Stasiun Karet, Kamis (2/1/2025).
Jessica mengungkapkan, jika pemerintah keukeuh ingin menutup Stasiun Karet, akses bagi pejalan kaki dan transportasi umum perlu dipikirkan supaya penumpang yang mayoritas pekerja lebih mudah dan cepat ke tempat kerja.
Penumpang KRL lainnya Weizman (46) juga menyatakan keberatan atas wacana penutupan Stasiun Karet. Sebab, Weizmann harus berjalan kaki lebih lama ke tempatnya bekerja yang tidak jauh berada di Stasiun Karet.
"Saya pribadi karena lebih dekat dari karet ke tempat kerja ga setuju sebenarnya kalo gak mengganggu kan why not untuk dipertahankan? Karena memang posisi turun saya dari kereta tidak jauh," ujar Weizman.
Adapun, Weizman menyarankan kepada pemerintah agar memikirkan nasib masyarakat yang selama ini memiliki mata pencaharian di Stasiun Karet apabila wacana penutupan itu harus terjadi.
Berbeda dengan Weizman dan Jessica, Tarwan (36) justru setuju dengan wacana penutupan Stasiun Karet Tengsin. Sebab, menurutnya, jarak Stasiun Karet dan BNI City terlalu dekat.
Oleh karena itu, Stasiun BNI City nantinya bisa dipusatkan bagi penumpang KRL. Apalagi, stasiun tersebut memiliki akses menuju kereta api bandara. Hanya saja, Weizman juga menyarankan agar pemerintah bisa memberikan akses bagi pejalan kaki dari Stasiun Karet ke BNI City atau sebaliknya.
"Ya kalau menurut saya setuju aja, ini ditutup mungkin nanti para pengguna yang naik di stasiun ini bisa diberi akses untuk ke Stasiun BNI," tutur Tarwan.
Pernyataan Erick Thohir
Wacana penutupan Stasiun Karet diungkapkan pertama kali oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Saat itu Erick Thohir baru saja meninjau kereta bandara dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Stasiun BNI City.
"Ini yang tadi dibilang kan, bagaimana membangun ekosistem seperti tadi. Mungkin di [Stasiun] Karet, ditutup," ujar Erick kepada wartawan pada Rabu (1/1/2025).
Wacana penutupan Stasiun Karet itu pun dibenarkan oleh Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, Rudi As Aturridha.
Menurut Rudi, alasan penutupan Stasiun Karet itu lantaran jaraknya terlalu dekat dengan Stasiun BNI City, sehingga dirasa kurang efektif.
Perlu diketahui, jarak antara Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City yakni sekitar 2,9 kilometer. Sehingga, dia menyebut bagi penumpang KRL yang ingin ke Karet dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
"Stasiun karet ditutup karena sudah dekat sekali dengan BNI City. Jadi, kalau orang yang mau ke Karet, dia tinggal jalan saja. Kan kita sudah buat yang selasarnya sampai ke BNI City. Sehingga trafiknya pun akan lebih cepat," jelas Rudi.
KAI Siapkan Lokasi
KAI Commuter mengungkapkan integrasi Stasiun BNI City dan Stasiun Karet akan membuat waktu perjalanan ke Bandara Soekarno Hatta makin singkat dari 56 menit menjadi 40 menit.
VP Corporate Communication KAI Commuter Joni Martinus mengatakan KAI Commuter selaku pengelola kereta Commuter Line Basoetta tujuan Bandara Soekarno-Hatta makin efisien.
Integrasi membuat waktu tempuh perjalanan berkurang dari 56 menit menjadi 40 menit dari stasiun pemberangkatan awal Manggarai.
“Untuk mencapai tujuan tersebut, KAI Commuter akan berupaya memperbaiki infrastruktur prasarana pendukung dan layanan penumpang, serta mengoptimalkan fungsi strategis Stasiun BNI City,” kata Joni dalam keterangan resmi, Kamis (2/1/2024).
Guna dapat memangkas waktu tempuh, KAI dan pemangku kepentingan mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.
Sebab, berdasarkan riset dan pengamatan faktual yang dilakukan, posisi Stasiun Karet hanya berjarak 350 meter dari Stasiun BNI City.
Melalui optimalisasi Stasiun BNI City, kata Joni, diharapkan Commuter Line Basoetta dapat menjadi pilihan utama calon penumpang pesawat dalam menuju bandara.
Sebab, stasiun yang berlokasi di Dukuh Atas tersebut, saat ini sudah terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya.
Stasiun BNI City, sebagai stasiun pemberangkatan Commuter Line, telah terintegrasi dengan Transjakarta, MRT, LRT, hingga JakLingko.