Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alarm Bencana Jakarta Hadapi Kepungan Banjir dan Kebakaran

Daerah Khusus Jakarta harus benar-benar siap menghadapi potensi bencana tahunan yang disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi pada awal tahun.
Sejumlah personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta tengah melakukan pemantauan langsung ke titik banjir pada Rabu (29/1/2025)/dok.BPBD Jakarta
Sejumlah personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta tengah melakukan pemantauan langsung ke titik banjir pada Rabu (29/1/2025)/dok.BPBD Jakarta

Bisnis.com, JAKARTA - Daerah Khusus Jakarta harus benar-benar siap menghadapi potensi bencana tahunan yang disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi pada awal tahun.

Bencana alam musiman yang terjadi di Jakarta tidak hanya dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat, tetapi juga dapat melumpuhkan aktivitas perekonomian akibat tertutupnya jalan akibat genangan air.

Hujan yang turun sepanjang Selasa (28/1/2025), telah menimbulkan sejumlah wilayah di Jakarta tergenang air.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat banjir di wilayah Jakarta sempat menyentuh 63 titik. Kendati jumlah titik genangan air mulai berkurang, tetap hingga Kamis (30/1/2025) masih terdapat sejumlah wilayah yang tergenang.

Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan mengatakan pihaknya masih terus berupaya untuk menangani menangani banjir di 22 rukun tetangga (RT) dan sejumlah ruas jalan DKI Jakarta.

"Kami berkoordinasi dengan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk penyedotan banjir dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik," kata dilansir dari Antara, Kamis (30/1/2025).

Dia menjelaskan, selain penyedotan air petugas BPBD DKI Jakarta juga mendistribusikan logistik kepada para korban banjir yang mengungsi di sejumlah lokasi Jakarta.

Yohan mengatakan bahwa telah mendistribusikan logistik berupa nasi boks, selimut, sarung, mukena dan lain sebagainya kepada warga terdampak dengan jumlah mencapai 2.000 lebih.

Menurut dia, banjir terjadi di 54 RT dan 23 ruas jalan Jakarta sejak Rabu (29/1) dini hari dan saat ini sudah sudah berangsur surut.

Namun, hingga pukul 09.00 WIB, kata Yohan, tinggal 15 RT dan dua ruas jalan yang masih terendam banjir.

Banjir yang melanda sebagian wilayah diakibatkan hujan ekstrem dan sangat lebat yang membuat saluran air tidak mampu menampung air yang masuk.

"Saluran air yang ada melebihi kapasitas daya tampung sehingga meluap mengakibatkan genangan [banjir]," kata Yohan.

Ancaman Kebakaran

Selain meningkatnya potensi bencana banjir pada saat musim penghujan, warga Jakarta juga perlu mewaspadai adanya potensi bahaya dari bencana kebakaran yang dalam beberapa belakangan melanda pemukiman padat penduduk di Jakarta.

Adapun, dalam beberapa pekan terakhir, kebakaran melanda sejumlah pemukiman padat penduduk di Jakarta.

Bencana kebakaran salah satunya terjadi i pemukiman padat penduduk yang berlokasi di Jalan Pangeran Jayakarta, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Selain itu, kebakaran menghanguskan setidaknya 543 di wilayah Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat pada pekan lalu. Sebelumnya lagi, kebakaran melanda gedung pusat perbelanjaan Glodok Plaza yang merenggut cukup banyak korban jiwa.

Meningkatknya kasus kebakaran di Jakarta tengah menjadi tantangan bagi BPBD. Pasalnya, lokasi kebakaran yang kebanyakan di wilayah padat penduduk menjadi tantangan lebih bagi tim pemadam kebakaran.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta menghadapi beberapa tantangan dalam mengatasi kebakaran yang akhir-akhir ini banyak terjadi di Jakarta.

Yohan menjelaskan, tantangan yang mereka hadapi salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur yang memadai untuk menjangkau lokasi-lokasi sulit.

"Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat tentang risiko kebakaran," kata Yohan dilansir dari Antara.

Yohan menjelaskan, menurut data dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) selama tahun 2024, lebih dari 1.200 kasus kebakaran diakibatkan oleh arus pendek listrik (korsleting).

Wilayah padat penduduk sangat rentan karena banyaknya penggunaan listrik dan gas tanpa pengawasan yang memadai.

Selain itu, penggunaan listrik yang menumpuk pada satu terminal listrik, instalasi listrik yang tidak sesuai standar dan penggunaan kabel yang tidak sesuai kapasitas hantar arus juga menjadi penyebab utama arus pendek listrik.

Yohan menjelaskan, BPBD juga menghadapi tantangan dalam mengatasi kebakaran di gedung-gedung yang tidak memenuhi standar keselamatan kebakaran.

Kendati demikian, BPBD terus mengupayakan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Untuk menjangkau lokasi kebakaran yang sulit dijangkau, pihaknya telah membentuk petugas penanganan bencana atau yang biasa disebut tim reaksi cepat.

Tim reaksi cepat ditempatkan di 267 kelurahan untuk membantu percepatan koordinasi di setiap kelurahan.

BPBD melalui pusat panggilan (call center) Jakarta Siaga 112 beroperasi 24 jam nonstop untuk merespon secara cepat laporan kebakaran dari masyarakat.

Apabila terdapat laporan kebakaran, BPBD juga langsung berkoordinasi dengan Dinas Gulkarmat, PLN, Satpol PP, Dinas Perhubungan (Dishub) dan Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan (AGD Dinkes) untuk respon cepat ke lokasi kejadian.

"Namun, tantangan tetap ada dalam hal aksesibilitas dan sumber daya," kata Yohan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper