Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pramono Akui Investor Segan Jamah Jakarta, Birokrasi dan Perizinan Menghambat

Bahkan, Gubernur Jakarta Pramono Anung menyinggung soal konser Taylor Swift yang lebih memilih Singapura dibandingkan Jakarta.
Gubernur Jakarta Pramono Anung ketika ditemui di Balaikota Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (20/5/2025)/Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko
Gubernur Jakarta Pramono Anung ketika ditemui di Balaikota Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (20/5/2025)/Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Jakarta Pramono Anung mengakui bahwa rendahnya nilai Foreign Direct Investment (FDI) menjadi salah satu kelemahan, dibandingkan beberapa Ibu Kota negara tetangga. Hal itu disebabkan banyak ketidakberesan birokrasi dan perizinan.

Dalam paparannya pada acara "Leaders Forum: Unlocking Investments For Jakarta's Transformation To Top #50 Global City By 2030" di Balai Kota Jakarta, Selasa malam (27/5/2025), Pramono menyebutkan bahwa nilai FDI Jakarta saat ini hanya mencapai US$1,4 miliar atau sekitar Rp22,7 triliun.

“Salah satu kelemahan Jakarta adalah Foreign DIrect Investment-nya rendah US$1,4 miliar, rendah dibandingkan dengan Kuala Lumpur, dibandingkan dengan Singapura apalagi. Terlalu kecil,” jelas Pramono di Balaikota Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa malam (27/5/2025). 

Pasalnya, berdasarkan data yang ditayangkan Pramono dalam forum tersebut, FDI Singapura tercatat mencapai US$192 miliar, Bangkok dengan US$164 miliar, dan Kuala Lumpur sebesar US$9,8 miliar.

“Kenapa rendah? Dari hal-hal yang sifatnya kecil sampai hal-hal yang sifatnya prinsip,” jelasnya. 

Dia mencontohkan, hal-hal kecil seperti kesan negatif terhadap pelayanan publik dapat menjadi hambatan tersendiri. “Yang kecil apa? Baru datang ke Jakarta. Lihat bea cukainya saja sudah takut, lihat imigrasinya ngeri-ngeri sedap. Ini kenyataan,” tuturnya. 

Selain itu, dia menyinggung soal proses perizinan termasuk dalam hal penyelenggaraan konser artis dunia seperti Coldplay dan Taylor Swift. Dia membandingkan situasi tersebut dengan Singapura yang dinilai lebih terbuka dan menjamin kemudahan.

Gimana mau main di negara seperti ini KITAS-nya [Kartu Izin Tinggal Terbatas] masih ditanya. Sementara di Singapura orang mau datang, Taylor Swift, dikasih duit di depan. Dijamin semuanya, transparan, terbuka,” jelas Pramono. 

Oleh karena itu, Pramono menegaskan bahwa memperbaiki iklim investasi akan menjadi prioritas dalam masa pemerintahannya.

“Maka itulah yang akan harus diubah. Sehingga dengan demikian, apa yang menjadi foreign direct investment ini, salah satu menjadi prioritas kita,” jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper