Bisnis.com, JAKARTA-- Jajaran komisaris dan direksi Bank DKI resmi diganti saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPSLB) Selasa, (17/6/2015)
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pemilik saham uatama menyetujui masuknya Kresno Sediarso untuk menggantikan posisi Eko Budiwiyono sebagai Direktur Utama Bank DKI.
Kresno Sediarso bukanlah nama baru di dunia perbankan Indonesia. Sebelum menyambut pinangan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke Bank DKI, Kresno lama berkarier di PT Bank Mandiri Tbk.
Pria berusia 56 tahun tersebut menamatkan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada (UGM). Selanjutnya, dia menyelesaikan Master of Arts Jurusan Hubungan Internasional di University of Japan pada 1992.
Sebelum menjabat sebagai Dirut Bank DKI, dia menempati jabatan Direktur Teknologi dan Operasional Bank Mandiri. Selain meniti karier di Bank Mandiri, dia juga pernah bekerja di Bank Negara Indonesia (BNI).
Menurut Ahok, pengalaman Kresno mengelola sektor teknologi dan operasional tersebut diharap bisa membantu meningkatkan performa layanan perbankan online (online banking) di Bank DKI.
Bukan itu saja, Kresno juga harus bekerja sama dengan jajaran direksi dan komisaris baru Bank DKI untuk menurunkan rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) di perseroan.
Mengacu pada laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, Selasa (28/4), rasio NPL gross Bank DKI melonjak menjadi 4,81% pada kuartal I/2015 dari periode yang sama setahun sebelumnya 2,65%. Rasio NPL nett juga melonjak menjadi 3,00% dibandingkan dengan Januari-Maret 2014 yang mencapai 1,53%.
NPL gross Bank DKI per Mei 2015 berada pada posisi 5,41% dan NPL nett 3,41%. Adapun, target perbaikan yang dibidik oleh perseroan pada triwulan II/2015 adalah NPL gross 2,79% dan NPL nett 2,39%.
Apakah Kresno dan jajarannya dapat memenuhi target Ahok untuk memperbaiki kinerja Bank DKI? Mari kita tunggu sepak terjangnya.