Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur Djarot Prihatin dengan Waduk Setiabudi Barat

Gubernur Djarot Saiful Hidayat mengaku prihatin dengan keberadaan Waduk Setiabudi Barat yang tak terawat seiring waduk tersebut dianggap krusial sebagai pemasok air bersih dan penahan banjir di Jakarta.
Waduk Setiabudi Barat/Istimewa
Waduk Setiabudi Barat/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur Djarot Saiful Hidayat mengaku prihatin dengan keberadaan Waduk Setiabudi Barat yang tak terawat seiring waduk tersebut dianggap krusial sebagai pemasok air bersih dan penahan banjir di Jakarta.

Djarot meminta dinas terkait agar mempercepat pengerjaan perbaikan waduk tersebut pada September bulan depan dengan tidak menunggu proyek stasiun mass rapid transit (MRT) Dukuh Atas selesai yang berdekatan dengan waduk.

"Jadi airnya masih tidak bagus, air limbah masih bau. Nanti kita akan perbaiki instalasi pengolahan air limbahnya di situ sehingga airnya bersih," ujarnya di Balai Kota, Kamis (6/7/2017).

Proses pengolahan limbah yang belum tersistem dengan baik untuk meningkatkan kualitas sanitasi di wilayah tersebut menjadi catatan prioritas Pemprov DKI dalam mengembangkan Waduk Setibudi Barat.

Selain pengembangan infrastruktur dan sanitasi di Waduk Setiabudi Barat, Djarot juga mengatakan Waduk Setiabudi Timur dan Waduk Melati juga perlu diperhatikan.

Djarot meminta agar pengembangan waduk tidak hanya di Waduk Setiabudi Barat melainkan Waduk Setiabudi Timur dan Waduk Melati sehingga Pemprov DKI bukan hanya merevitalisasi Setiabudi Barat, tetapi juga pengembangan kawasan.

Kawasan Setiabudi merupakan titik keramaian masyarakat karena jaraknya yang dekat dengan Dukuh Atas. Menurut Djarot, diperlukan penyediaan fasilitas publik seperti Park and Ride yang terhubung dengan beberapa kawasan strategis di Dukuh Atas.

"Saya bilang, kalo kita merevitalisasi kawasan Setiabudi Barat saja itu tidak akan cukup. Karena saya berpikir lima sampai sepuluh tahun yang akan datang bahwa daerah itu adalah daerah yang sangat sibuk," kata Djarot.

Parkir Sembarang

Djarot menginginkan dengan dibangunnya fasilitas Park and Ride, tidak ada lagi kendaraan yang parkir di sembarang tempat mengingat kawasan tersebut selalu ramai di jam sibuk.

Dia akan membentuk suatu kawasan yang terintegrasi dengan berbagai macam moda transportasi publik seperti MRT, Light Rapid Transit, Transjakarta hingga kereta bandara.

"Selanjutnya adalah kita akan memberikan tanaman yang banyak di situ. Desainnya sudah ada, tinggal keputusan kita kerja sama dengan PT Permadani untuk pembiayaan," tambahnya.

Proyek pengembangan Waduk Setiabudi Barat ini diperkirakan akan menelan biaya hingga Rp133 milyar. Djarot mengatakan dana tersebut akan dipenuhi melalui kewajiban pengembang, yaitu PT Permadani Khatulistiwa Nusantara.

PT Permadani Khatulistiwa Nusantara, sebagai pengembang Hotel St. Regis (dulu Hotel Four Seasons), Setiabudi, Jakarta Selatan, merupakan perusahaan yang bertanggung jawab untuk pendanaan proyek tersebut.

Proses Terhenti

Sebenarnya pengerjaan proyek pengembangan dan revitalisasi Waduk Setiabudi Barat sudah diajukan sejak 2014, namun prosesnya terhenti hingga saat ini.

Teguh Hendrawan, Kepala Dinas Sumber Daya Alam DKI, menambahkan pengembangan kawasan Waduk Setiabudi Barat akan difungsikan sebagai penyedia program perawatan sanitasi dan fasilitas umum [park and ride].

"Betul, jadi waduk di Setiabudi Barat itu disamping rumah pompa waduk juga ada pengolahan air limbah," ujar Teguh.

Menurut Teguh, pengembang membuat konsep Park and Ride yang akan dibangun di sisi Waduk Setiabudi Timur. Teguh mengatakan fasilitas tersebut dapat menampung sekitar 300 kendaraan roda dua dan 150 kendaraan roda empat.

Teguh menegaskan revitalisasi Waduk Setiabudi Barat berfokus pada perencanaan perawatan kualitas sanitasinya.

"Karena di sana kan masih bau ya. Terus kawasan itu akan ditata jadi kawasan edukasi dan kawasan pengembangan untuk sumber wisata air juga," tuturnya.

Teguh menjabarkan proses pengerjaan revitalisasi tersebut akan dilakukan secara bertahap dimulai dari pembersihan waduk dengan memanfaatkan kondisi musim kemarau.

"Justru di musim kemarau ini kita dapatkan keuntungan. Sedimen semuakan naik, nah itu kita keruk, kita bersihkan. Karena kita memprediksi nanti Oktober ketika sudah memasuki musim penghujan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper