BISNIS.COM, JAKARTA--Kementerian Kehutanan mengalokasikan Rp27 miliar untuk Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum dan Ciliwung di wilayah DKI Jakarta.
Padahal, idealnya dana yang dibutuhkan untuk pengelolaan daerah aliran sungai di Jakarta mencapai Rp1,4 triliun.
Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Eka W Soegiri mengungkapkan anggaran tersbeut merupakan bagian dari total anggaran sekitar Rp3 triliun untuk anggaran pengelolaan DAS di seluruh Indonesia.
"Total seluruh Indonesia kira-kira anggaran sekitar Rp3 triliun, mencakup lima satuan kerja di pusat, dan 45 satuan kerja di daerah," ujarnya kepada Bisnis, (05/03).
Menurutnya jika ingin melakukan pengelolaan das dengan ideal di seluruh Jakarta, dana yang dibutuhkan mencapai Rp1,4 triliun. Namun dia menilai tidak semestinya dana tersebut hanya berasal dari Kementerian Kehutanan.
Sebab itu pihak Kementerian Kehutanan dengan Emil Salim sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden mengadakan rapat multisektor agar dana tersebut dapat juga ditalangi oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Adapun sektor yang dianggap berkepentingan diantaranya Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Pemerintah Daerah di wilayah pengelolaan air, dan Kementerian Pekerjaan Umum. Para pemangku kebijakan inilah yang nantinya akan bahu-membahu membangun sumur resapan dan waduk penampung air dalam jangka panjang.
Guna mengakali persoalan tersebut dia membuat solusi agar tiap lahan kosong dan pekarangan rumah di wilayah tersebut ditanami pohon agar tidak ada ruang yang terbuang. Saran tersebut, lanjut Zulkifli, adalah solusi jangka pendek agar daerah serapan bertambah sehingga air tidak terlalu banyak mengalir ke Jakarta.
"Kalau ini sudah terlaksana, misalnya banjir melanda Jakarta, diharapkan banjirnya tidak lagi bertahan berhari-hari. Dan ini membutuhkan biaya yang besar, tidak bisa hanya mengandalkan anggaran Kementerian Kehutanan saja, harus ada itikad dari multistakeholders," jelas Eka.
Hingga rencana dan anggaran tersebut disetujui, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyarankan untuk sementara dalam jangka menengah dia berharap agar daerah dengan permukaan datar membuat sumur-sumur resapan. Sumur resapan tersebut diharap dapat dibuat di pekarangan rumah oleh masing-masing keluarga.
Adapun agar seluruh sisa air dapat tertampung Jakarta akan membutuhkan 500.000 sumur yang berjarak sekitar 500 meter satu sama lain. Sumur resapan dengan kedalaman 3 meter tersebut diharap dapat memiliki daya tampung 5 meter kubik--8 meter kubik per jam.
Selain digunakan untuk membuat 500.000 sumur resapan, dana tersebut dalam jangka panjang juga akan digunakan untuk membuat daerah pengelolaan air seperti waduk di wilayah hilir.
Eka mengilustrasikan setiap tahun air yang masuk ke Jakarta mencapai 3,2 miliar meter kubik, padahal kemampuan penampungan air Jakarta hanya 2 miliar meter kubik. Sisa air 1,2 miliar meter kubik inilah yang menyebabkan banjir.
Pembangunan waduk tersebut diperkirakan dapat menampung hingga 60% dari air yang tak tertampung, atau sekitar 720.000 juta meter kubik air. Sementara 40% sisa air yang tak tertampung akan diupayakan terserap oleh sumur resapan.
"Jakarta kan memang sudah sifat bawaannya banjir, tetapi dengan adanya upaya-upaya ini setidaknya banjir diharap tidak terjadi berhari-hari, bisa dikurangi hingga hitungan jam saja," tambah Zulkifli.