BISNIS.COM, JAKARTA-Tak banyak pengusaha yang berseteru dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi. Dari yang jarang itu, Murdaya Poo menjadi salah satu yang melawan tokoh yang makin populer digadang-gadang sebagai calon presiden dalam Pemilu 2014. Paling tidak, berdasarkan berbagai hasil survei.
Perseteruan keduanya berawal dari pelaksanaan Pekan Raya Jakarta 2013 yang dinilai Jokowi sebagai tidak membela pedagang kecil, termasuk para pedagang kerak telor, penganan khas Betawi yang sejak dulu menjadi makanan primadona di arena ekspo itu.
Sebaliknya, Dirut JIExpo Murdaya Poo mengklaim jumlah pedagang kerak telor setiap tahunnya semakin bertambah di PRJ. "Itu [pedagang] kerak telornya mungkin dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dari tahun yang lalu," kata Murdaya.
Yang membuat telinga Jokowi merah adalah pernyataan Poo bahwa PRJ bukan hanya ajang pameran kerak telor sehingga harus dibatasi. "[PRJ] bukan pameran kerak telor," tegas suami Hartati Murdaya ini. Baik Hartati dan Poo adalah kader Partai Demokrat.
Mengapa Jokowi naik pitam? Karena Poo dianggap tidak memulai dari awal, tinggal melanjutkan proyek pameran besar itu. "Dia [Murdaya Poo] ngertinya hanya untung, hanya untung, hanya untung, tahu!" tegas Jokowi.
Saya memang penggemar kerak telor. Bukan hanya di PRJ, 'pizza Betawi' ini mudah ditemui di bilangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, kawasan Mampang Prapatan, pusat jajan Kalibata Taman Pahlwan. Semuanya di wilayah Jakarta Selatan.
Namun kalau saya ke PRJ, jelas makanan wajib ini harus dinikmati. Namun harganya sudah melonjak menjadi Rp20.000-Rp30.000. Padahal di luar arena pameran itu hanya Rp8.000-Rp10.000. Untuk menyewa tempat, para pedagang kerak telor harus merogoh kocek hingga belasan juta rupiah. "Saya ampe jual motor Pak, buat bisa dagang di sini [PRJ]," kata Udin, sebut saja begitu.
Itulah yang membuat mantan wali kota Solo ini berang. Pedagang kerak telor menaikkan harga karena harga sewanya selangit. Belum lagi soal keamanan. Soal ini, Ahok, panggilan akrab Wakil Guberur Basuki Tjahaja Purnama melakukan pembelaan. Ia bahkan menginstruksikan preman yang menggganggu pedagang kerak telor agar ditembak di tempat.
PRJ, konsep awalnya adalah sebagai arena hiburan bagi rakyat untuk menyambut HUT DKI. Dagangan yang dijual pun hasil kreativitas warga atau home industri, bukan barang-barang mewah. "Biar mereka bisa berpesta setahun sekali," kata Jokowi.
PRJ Tandingan
Melihat PRJ sudah keluar dari tujual semula, Jokowi pun menggelar 'PRJ tandingan'. Namanya Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD) 2013 di Monas. Acaranya berjalan sukses, mendatangkan pengunjung sampai membeludak.
Kawasan sekitar monas pun macet karena warga Jakarta ingin datang ke pameran yang disebut embrio PRJ tersebut. Jokowi berjanji akan membuat kegiatan sejenis sepuluh kali lipat lebih besar untuk mewujudkan PRJ tahun depan.
Warga Jakarta kalangan bawah beralih ke sini karena tak mampu masuk ke PRJ Kemayoran. Saking mahalnya, harga tiket mencapai Rp30.000 sekali masuk pada akhir pekan.
Lokasi PRJ versi Pemprov tahun depan belum ditentukan, bisa saja diselenggarakan di Monas atau lokasi lain. Sejauh ini pelaksanaan PPKD 2013 masih banyak kekurangan antara lain manajemen sampah, manajemen parkir, pengaturan suhu dan masih banyak anak hilang.
“Saya dengar semua keluhannya, ini baru uji coba nanti diperbesar,” kata Jokowi.
Berbeda dengan PRJ, nantinya kegiatan tersebut hanya diperuntukkan bagi usaha mikro, usaha kecil menengah (UKM) serta produk domestik atau hasil rumah tangga.
"Konsepnya nanti adalah pameran dan digelar setahun sekali. Event ini cuma untuk UKM, usaha rumah tangga dan usaha mikro saja. Ini bedanya dengan PRJ," ujar Ahok.
Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan di kawasan Monas, Ahok akan membangun ruang-ruang bawah tanah sebagai tempat penyelenggaraan acara tersebut.
Nah, pedagang kerak telor bakal leluasa bisa masuk lokasi ini, berbeda dengan PRJ Kemayoran yang mahal.