Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DKI Pertahankan BUMD Kecil tapi Prospektif

Bisnis.com, JAKARTA—Pemprov DKI Jakarta tidak ingin gegabah melakukan divestasi saham perusahaan daerah atau BUMD yang tidak menyetor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumbangan PAD yang berasal dari dividen bukanlah semata-mata indikator perusahaan

Bisnis.com, JAKARTA—Pemprov DKI Jakarta tidak ingin gegabah melakukan divestasi saham perusahaan daerah atau BUMD yang tidak menyetor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumbangan PAD yang berasal dari dividen bukanlah semata-mata indikator perusahaan itu berkinerja baik atau buruk.

 

Kepala Badan Penanaman Modal dan Promosi (BPMP) DKI Jakarta Catur Laswanto menegaskan perusahaan kecil yang memiliki prospek bisnis bagus justru akan mendapat suntikan dana penyertaan modal pemerintah (PMP) untuk ekspansi. Sehingga sebuah perusahaan yang bertahun-tahun tidak berkontribusi dividen kepada DKI tidak harus ditutup.

 

“Jangan diasumsikan kalau perusahaan dividennnya kecil itu jelek, mungkin dia tidak membagikan dividen karena untuk mendapatkan alat produksi. Kita tidak fokus kecil atau besarnya dividen karena itu prosesnya panjang,”  ujarnya di kantor BPMD Jalan MT Haryono Jakarta, Selasa (23/7).

 

Dua perusahaan yang dikabarkan bakal ditarik kepemilikan asetnya adalah PT Cemani Toka yang bergerak dalam distribusi tinta dan PT Ratax Armada bergerak dalam transportasi taksi. Sebelumnya Wakil Gubernur DKI Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama meminta dua perusahana itu ditutup daripada harus mengelola perusahaan tidak untung.

 

Adapun Cemani Toka batal divestasi karena Pemprov menganggap perusahaan itu sehat. Memang sejak krisis ekonomi 1998-1997 perusahaan warisan Jepang itu terbelit utang valas yang belum terselesaikan yang sampai sekarang menjadi beban. Namun dalam tujuh tahun terakhir perseroan selalu membukukan laba meskipun dipakai untuk membayar kewajiban.

 

Pemprov berkeinginan akan terus mempertahankan kepemilikan saham 27,2% di Cemani Toka, dimana mayoritas sahamnya dikuasai perusahaan swasta Jepang.

“Cemani Toka terbentur utang valas saat krisis moneter sehingga sampai sekarang sama saja dimiskinkan empat kali lipat. Tapi sejauh ini bisa membukukan laba dan memiliki prospek bagus,” kata Catur.

 

Adapun PT Ratax Armada juga batal divestasi karena ada investor baru yang masuk yang akan menambah armada taksi kelas eksekutif sebanyak 150 unit. Masuknya investor itu tidak mengubah kepemilikan saham DKI 28% dan sisanya sebanyak 72% dimiliki oleh swasta.

 

Menurut Catur, Pemprov akan melihat sejauh mana kinerja Ratax bisa memperbaiki kinerjanya. Saat ini aset yang dimiliki perseroan dalam bentuk taksi hanya berjumlah 50 unit saja. Kalaupun masuknya investor baru tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap perseroan, otomatis semua saham DKI langsung dijual kepada swasta yang berminat.

 

Staf Pembina Perusahaan BUMD Riyadi menambahkan selama ini perusahaan takdi di Jakarta sudah dikuasai oleh swasta atau bukan lagi perusahaan pelat merah. Seperti halnya Blue Bird dan Express merajai pasar taksi di Jakarta dengan ribuan armada. Oleh karena itu Ratax yang cuma memiliki 50 unit armada sangat sulit untuk bersaing.

 

Kalaupun dilakukan skenario penyertaan modal pemerintah, jumlahnya tidak akan banyak berkisar antara Rp100 miliar – Rp200 miliar saja. Kondisi ini justru akan membebani kepemilikan saham Pemprov DKI yang cuma minoritas. “Dengan adanya investor baru tersebut kami akan melihat apakah Ratax bisa bangkit atau tidak, kita lihat dulu perkembangan kinerjanya,” kata Riyadi.

 

 

 

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Dari BUMD DKI Jakarta 2012

NO

Nama BUMD

Kepemilikan Saham DKI (%)

PAD 2012

2013 (Hasil RUPS/SK Gubernur)

1.

PD AM Jaya

100

Rp11,4 miliar

Rp12 miliar

2.

PD Dharma Jaya

100

 

 

3.

PD Pasar Jaya

100

Rp26,265 miliar

Rp26,465 miliar

4.

PD Pembangunan Sarana Jaya

100

Rp6,327 miliar

Rp11,224 miliar

5.

PD PAL Jaya

100

Rp5,297 miliar

Rp5,572 miliar

6.

BP THR Lokasari

100

Rp448,957 juta

Rp423,855 juta

7.

PT Bank DKI

99,91

Rp150 miliar

Rp180 miliar

8.

PT Jakarta Propertindo

99,92

Rp20 miliar

Rp22,5 miliar

9.

PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk

72,00

Rp51,839 miliar

Rp57,023 miliar

10.

PT Food Station Tjipinang

74,67

Rp3,624 miliar

Rp4,258 miliar

11.

PT JIEP

50,00

Rp7,102 miliar

Rp8,321 miliar

12.

PT Pembangunan Jaya

38,80

Rp10,8 miliar

Rp13,6 miliar

13.

PT Cemani Toka

27,42

 

 

14.

PT Ratax Armada

28,00

 

 

15.

PT Delta Jakarta Tbk

26,25

Rp46,244 miliar

Rp48,346 miliar

16.

PT Pakuan (Proses Divestasi)

2,69

 

 

17.

PT Asuransi Bangun Askrida

4,47

Rp2,581 miliar

Rp2,742 miliar

18.

PT K.B.N

26,85

Rp3,358 miliar

Rp1,131 miliar

19.

PT Grahasahari Suryajaya

8,08

 

 

20.

PT Jakarta Tourisindo

99,34

Rp3,5 miliar

Rp4,5 miliar

21.

PT Jakarta Int. Expo

13,125

 

Rp1,131 miliar

22.

PT RS Haji Jakarta

51,00

 

 

23.

PT MRT Jakarta

99,70

 

 

 

TOTAL

 

Rp348,790 miliar

Rp399,241 miliar

 

                

 
 

 

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akhirul Anwar
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper