Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) DKI Jakarta menolak kebijakan pemerintah atas kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram (kg).
Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) DKI Jakarta Hoiza Siregar mengatakan kenaikan harga gas elpiji ini sangat membunuh pedagang kaki lima di Jakarta.
“Pendapatan kami sudah pas-pasan, dengan naiknya harga elpiji ini membuat PKL bisa gulung tikar,” tuturnya kepada Bisnis, Minggu (5/1/2013).
Menurutnya, pemerintah seharusnya memikirkan alternatif lain selain menaikan harga gas elpiji untuk menutupi kerugian PT Pertamina (Persero).
“Gas elpiji harganya naik, sedangkan minyak tanah sudah dilarang penggunaannya, ini kan mencekik para PKL,” ujarnya.
Hoiza Siregar mengharapkan pemerintah bisa mengambil kebijakan solutif yang tidak menyusahkan rakyatnya. “Masyarakat yang miskin akan menjadi tambah miskin. Semua harga-harga pasti bakal naik,” katanya.
Dia mengatakan para PKL juga tidak mungkin serta-merta menaikan harga jual dagangannya, apabila berdampak terhap penurunan jumlah pembeli.
Jumlah PKL di Jakarta sebanyak 300.000, yang terdiri dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang memegang 90% pertumbuhan perekonomian di Jakarta.
PT Pertamina sejak 1 Januari kemarin telah menaikan harga gas elpiji 12 kg sebesar 57% dari sebelumnya Rp70.000 per tabung, kini melonjak menjadi Rp117.708 per tabungnya. Konsumsi LPG mencapai 977 ton pada 2013 dan rerata harga pokok perolehan LPG meningkat menjadi US$ 873. Perseroan mengaku mengalami kerugian Rp5,7triliun pada 2013.