Bisnis.com, JAKARTA – Kawasan kumuh di RW 11, Rawa Buaya, Jakarta Barat kini berubah menjadi kawasan penuh tanaman hias dan lebih asri setelah dibentuknya Bank Sampah dan Rumah Kompos.
Pada 2011, sebuah lembaga dari Jepang bersama PBNU melakukan survey dan pendidikan kepada warga RW 11, Rawa Buaya tentang pengolahan sampah selama delapan bulan. Setelah survey itu, pihak Jepang memberikan bantuan dua mesin pembuat kompos untuk membantu pengolahan sampah menjadi produk yang bernilai hingga terciptalah Rumah Kompos.
Tri Mulyono, Ketua RW 11 mengatakan hasil dari Rumah Kompos tersebut membuat warga sadar tentang membuang sampah pada tempatnya serta pengolahan sampah menjadi produk yang bernilai itu penting, walaupun angka kesadarannya baru mencapai 30% selama sekitar dua tahun belakang.
“Memang angka kesadaran masyarakat tentang pentingnya sampah baru 30% dalam 2 tahun, tapi itu hasil yang dimulai dari angka nol,” ujar Tri Mulyono, Ketua RW 11, Rawa Buaya kepada Bisnis.com pada (19/4/2014).
Sementara itu hasil produk pupuk kompos dari pengolahan limbah sampah masih belum dikomersilkan. Menurut Tri Mulyono, untuk sekarang masih diberikan gratis kepada masyarakat dengan tujuan agar ada keinginan menanam tumbuhan di pekarangan rumah.
Rencana ke depannya, produk pengolahan limbah dari sampah organik ini bisa dikomersilkan ke bagian pertanaman.
Selain memproduksi pupuk kompos, kegiatan bank sampah di wilayah Rawa Buaya ini juga mengolah limbah plastik. Produk yang dihasilkan seperti, tas, tikar, bunga plastik, tempelan kulkas dan sebagainya.
“Ibu-ibu wilayah sini kebanyakan mengisi waktu luang untuk membuat produk dari sampah plastik itu, bahkan ada yang sudah bisa menjualnya sampai ratusan ribu setiap produknya,” ujar Yohana, istri dari Tri Mulyono di rumahnya.
Ke depannya, pihak LSM Jepang dan PBNU berencana memberikan alat pencacah plastik dan kertas kepada RW 11, Rawa Buaya ini. Tri Mulyono mengungkapkan waktu pemberiannya diperkirakan setelah Idul Fitri tahun ini.