Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mesin Parkir Meter Akan Dipasang di 300 Titik Jakarta

Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan melakukan pemasangan mesin parkir meter di 300 titik lokasi parkir badan jalan Ibu Kota pada 2015.
Parkir meter /Antara-Muhammad Adimaja
Parkir meter /Antara-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan melakukan pemasangan mesin parkir meter di 300 titik lokasi parkir badan jalan Ibu Kota pada 2015.

Kepala Unit Pengelola Perparkiran Dinas Perhubungan DKI Sunardi Sinaga mengatakan pemasangan mesin parkir meter selain di Jalan Sabang akan dilakukan seusai pelaksanaan lelang investasi.

Pihaknya berharap unit layanan pengadaan (ULP) barang dan jasa dapat menyelesaikan lelang investasi parkir meter ini hingga akhir tahun 2014 sehingga mesin parkir meter sudah bisa terpasang di lokasi yang ditetapkan.

"Mudah-mudahan tahun ini proses ini selesai. Saat ini masih dalam tahapan lelang dokumen ya satu-dua bulan lagi dapat selesai di ULP [Unit Layanan Pengadaan]," katanya.

Pemasangan alat itu membutuhkan waktu selama 2 tahun sehingga ditargetkan pada 2017 mesin parkir meter akan beroperasi di seluruh parkir badan jalan Jakarta.

Pasalnya, penerapan sistem parkir meter di Jakarta tidak hanya memasang alat saja tetapi infrastruktur, kelengkapan CCTV, dan lahan parkir tempat pemasangan alat itu juga

Dia menuturkan penggunaan mesin parkir meter mampu meningkatkan penerimaan pendapatan retribusi parkir.

Pihaknya optimis penerimaan retribusi akan meningkat menjadi Rp26 miliar dari pemasangan mesin parkir meter di 300 titik, seperti Kelapa Gading, Pasar Baru, maupun Jalan Juanda.

Saat ini parkir meter baru diterapkan di Jalan Agus Salim atau Jalan Sabang oleh PT Mata Biru salah satu perusahaan yang menyediakan alat dan pengelola parkir.

Sunardi menargetkan retribusi parkir melalui parking meter di Jalan Sabang tersebut dapat mencapai Rp14 juta per hari.

Pendapatan kotor yang diterima dari uji coba parkir meter saat ini sudah mencapai Rp6 juta hingga Rp7 juta per hari.

Sebelum ada parkir meter, retribusi yang diterima hanya sekitar Rp500.000 per harinya.

Para pengendara yang memarkirkan kendaraannya dikenakan Rp5.000 setiap jamnya.

Pendapatan kotor yang diterima UP Perparkiran tersebut dibagi dengan pihak swasta sebagai pemilik dan pengelola alat tersebut dengan besaran 70% untuk PT Mata Biru dan 30% untuk Pemprov DKI.

"Perkembangannya cukup baik. Pendapatannya naik 12 kali lipat dari dulu yang hanya Rp500.000 per hari. Hari Jumat kemarin kami menerima Rp7 juta per hari. Kalau trotoar semua beres bisa sehari Rp14 juta," tuturnya.

Sunardi menambahkan target senilai Rp14 juta per hari itu juga dapat tercapai apabila masyarakat membayar parkir dengan jujur sesuai dengan lama parkir kendaraan.

Dinas Perhubungan DKI akan mengganti pembayaran parkir meter dengan koin menjadi elektronik money atau E-Money. Penggunaan E-money ini mempermudah para pemilik kendaraan untuk melakukan pembayaran.

Selain itu, dengan menggunakan E-money semua pendapatan yang masuk dari biaya parkir akan tercatat dalam alat parkir meter. Alat itu terhubung dengan komputer untuk mencatat transaksi yang terjadi.

Para pengendara, lanjutnya, kerap kali tidak jujur dalam melakukan pembayaran tarif parkir sehingga dibutuhkan sistem pembayaran menggunakan E-money.

"Dibayar 1 jam tetapi pemilik mobil atau motor parkir lebih dari 1 jam. Banyak yang enggak jujur. Itu tidak mungkin semua bisa terawasi. Kalau nanti dengan ulang elektronik atau E-money itu bisa bantu dapat capai target kita," ujarnya.

Pihaknya akan melakukan penjajakan dengan pihak perbankan dalam menerapkan E-money untuk pembayaran parkir meter.

Namun, Sunardi belum memutuskan apakah E-money yang akan digunakan pembayaran parkir meter ini terintegrasi dengan pembayaran transportasi umum seperti bus Transjakarta dan commuter line.

"Kami masih bicarakan ini dengan bank untuk penggunaan E-money. Ya masih belum tahu apakah terintegrasi dengan Transjakarta atau tidak," ucap Sunardi.

Basuki Tjahaja Purnama, Wakil Gubernur DKI Jakarta, mengatakan penerapan parkir meter ini mampu mendongkrak pendapatan retribusi daerah sebab mencegah adanya kebocoran penerimaan dari parkir.

"Parkir meter luar biasa, tinggi pendapatan kotor. Dulu waktu pake uang biasa setoran ke pemda hanya Rp500.000 per hari, sekarang bisa dapet pendapatan kotor Rp7 juta per hari walaupun trotoar belum selesai diperbaiki. Kalau sudah ya bisa capai Rp14 juta per hari," tuturnya.

Pemprov DKI akan melakukan beauty contest dalam penerapan sistem parkir meter di Ibu Kota.

Pendapatan dari adanya parkir meter ini akan digunakan untuk perbaikan transportasi, seperti penambahan moda transportasi umum bus tingkat.

"Kami beauty contest kan penerapan sistem parkir meter di seluruh Jakarta agar bisa nambah pendapatan dan kurangi kemacetan. Nanti hasil dari pendapatan ini buat nambah bus tingkat gratis," kata Ahok, sapaan akrab Basuki. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper