Bisnis.com, JAKARTA--Kabar mengejutkan terjadi di Depok, Bogor dan Jakarta setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berhasil mengungkap dua pabrik yang memproduksi mie basah berpengawet formalin.
Pabrik yang menjual mie basah mengandung pengawet Mayat itu berlokasi di Desa Nanggerang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor.
Sabtu (11/10/2010) dini hari, tim dari BPOM RI melakukan operasi tertutup di pabrik itu. Petugas keamanan yang berjaga-jaga di sekitar pabrik itu pun kaget dan tak mampu menghalangi petugas.
Dari hasil penggeledahan, petugas BPOM menemukan barang bukti berupa mesin pencetak mie, formalin, mie basah dan bahan baku untuk membuat mie.
"Ini adalah hasil pengembangan penyelidikan selama sekitar dua bulan," kata Kepala BPOM Roy A Sparringa.
Petugas hanya menyita mesin pencetak mie tanpa merek yang dijual dijual di sejumlah pasar di Depok, Bogor dan Jakarta.
Sedangkan Hari, yang mengaku sebagai pemilik pabrik itu tidak dapat ditahan, karena itu wewenang polisi.
"Tapi kartu tanda penduduknya, dan identitas lainnya sudah disita. Dia tidak akan lari ke mana-mana selama berlangsung proses hukum," ujarnya.
PASAR JABODETABEK
Produksi Enam Ton Mie Hasil penyelidikan BPOM, pabrik itu memproduksi dan mendistribusikan mie basah berformalin ke berbagai pasar di Depok, Bogor dan Jakarta setiap hari.
Pendistribusian dilakukan tengah malam agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Yang mengagetkan kami adalah dalam sehari pabrik itu memproduksi 6 ton mie basah," kata Kepala Pusat Penyidikan BPOM Hendri Siswadi yang memimpin razia tersebut.
Dia mengatakan pabrik mie itu sudah beroperasi sejak tiga tahun yang lalu. Namun kecurigaan petugas terhadap perdagangan mie basah itu dalam dua bulan terakhir.
Sejak Agustus 2014, kata dia petugas memantau dan membeli mie berwarna kuning berminyak dan kenyal.
Setelah diuji di laboraturium ternyata mie itu mengandung banyak formalin.
"Tiga hari sekali, pemilik pabrik mie membeli tiga kg formalin dari toko kimia di Tangerang. Bisa dibayangkan berapa banyak masyarakat yang keracunan bila dalam sehari terjual enam ton mie basah," katanya.
Mie berformalin itu dijual pedagang di pasar kepada pedagang bakso, bakmie dan masyarakat umum.
"Ini mengerikan," kata Hendri yang suka mengonsumsi bakmie.