Bisnis.com, Jakarta—Mega proyek Mass Rapid Transit (MRT) koridor selatan dimulai pada pekan keempat bulan ini dengan agenda pembuatan pondasi bore pile jalur layang. Pembangunan pondasi ditargetkan selesai pada Mei 2016. Sementara itu, pelebaran jalan dan penyediaan lokasi pekerjaan bore pile selesai pada November tahun ini.
Tahapan koridor selatan ini dibangun secara elevated dimulai dari wilayah Jalan Fatmawati, Jalan Panglima Polim, dan Blok M. Dari 13 stasiun yang dibangun, tujuh diantaranya memiliki konstruksi melayang dimulai dari Fatmawati hingga Sisingamangaraja. Pembangunan tahap pertama ini akan menghubungkan Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15,7 km.
Direktur Konstruksi PT MRT Muhammad Nasyir mengakui kesulitan dalam melakukan pemindahan ultilitas untuk pemancangan tiang. Walau begitu, dia optimistis pembangunan tahap pertama ini bakal rampung sesuai target yakni Agustus 2018.
“Kendalanya pemindahan utilitas saat pemancangan tiang. Ada kabel, pipa, dan segala macam. Harsu berkoordinasi dengan pemilik utilitas, setelah selesai baru masuk ke konstruksi utama,” katanya di Jakarta, Senin sore (23/3/2015).
Saat ini, menurutnya, sudah 12% konstruksi koridor selatan sudah terbangun. Selain terkendala dengan keberadaan utilitas yang letaknya di bawah tanah, pembebasan lahan di wilayah Jakarta Selatan juga belum selesai seluruhnya.
Wali Kota Jakarta Selatan Syamsudin Noor menuturkan sudah 81% tanah yang telah tersedia untuk proyek MRT. Sisanya, dia menjanjikan kepada masyarakat untuk membeli lahan mereka dengan menawarkan harga sesuai nilai bangunan pada tahun terakhir yaitu harga pasar di 2014.
“Sudah 81% dari target keseluruhan. Bagi mereka yang lahannya terkena pembangunan MRT akan ditawarkan harga appraisal,” ujarnya.
Seperti yang diketahui, Dinas Bina Marga DKI menyiapkan Rp500 miliar untuk membebaskan 20.000 m2 yang terdiri dari 38 bidang tanah dari Lebak Bulus hingga Melawai.