Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Depresiasi Rupiah Membuat Biaya Kesehatan Membengkak

Penguatan dolar AS diyakini sebagai pendorong kenaikan harga barang dan jasa kesehatan di berbagai wilayah termasuk Provinsi Banten.

Bisnis.com, TANGERANG--Penguatan dolar  AS diyakini sebagai pendorong kenaikan harga barang dan jasa kesehatan di berbagai wilayah termasuk Provinsi Banten.

Sebagai contoh, 90% bahan baku obat dan produk farmasi lain mesti dibeli dari luar negeri. Walhasil penguatan dolar berujung kepada lonjakan harga jual akibat pembengkakan biaya produksi.

Provinsi Banten mengakhiri kuartal I/2015 dengan inflasi kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 1,98%. Sub kelompok jasa kesehatan, obat-obatan, jasa perawatan jasmani, perawatan jasmani dan kosmetik seluruhnya mengalami lonjakan indeks harga konsumen, masing-masing 3,85%, 0,81%, 0,42%, dan 0,06%.

“Ini memengaruhi harga obat jadi naik, belum lagi tidak sedikit obat jadi juga diimpor. Obat generik sendiri  kalau tidak salah juga alami kenaikan harga, sehingga kelompok kesehatan ini melonjak pada Maret,” ucap Kepala Pusat Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten Syech Suhaimi saat dihubungi Bisnis.com, akhir pekan lalu.

Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) mengkui besarnya ketergatungan impor bahan baku obat. Tapi bukan berarti tidak ada obat yang disuplai bahan baku lokal. Sebebut saja PT Riasima Abadi Farma, tetapi kenyataannya parasetamol yang dihasilkan baru mampu penuhi 10% kebutuhan nasional.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Darodjatun Sanusi  mengakui produsen bahan baku obat sukar bersaing apalagi terhadap produk impor. Pasalnya material dasar bahan baku obat sendiri masih dibeli dari luar negeri sehingga biaya produksi sangat dipengaruhi fluktuasi kurs rupiah.

Ada empat hal yang harus dipenuhi pemerintah dalam mengembangan industri bahan baku obat. “Prastudi kelayakan, riset mendalam, pemerintah harus menyediakan dana, dan [tetapkan strategi bisnis] bisa memanfaatkan BUMN atau konsorsium dengan swasta,” kata Darodjatun saat dihubungi Bisnis.com.

GP Farmasi menggarisbawahi tiga hal terkait pengembangan industri bahan baku dan penolong obat. Pertama soal ketersediaan teknologi untuk memproduksi material dasar bahan baku obat. Kedua, pemilihan bahan apa yang secara ekonomis dan ilmiah bisa dibutuhkan jangka panjang dan jumlahnya besar. Ketiga tak lain terkait insentif bagi investor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper