Bisnis.com, JAKARTA--Direktur Utama PAM Jaya Sri Widayanto Kaderi mengatakan pihaknya menyambut baik rencana pemerintah untuk melaksanakan merger perusahaannya dan PD PAL Jaya. Menurutnya, pengelolaan air baku dan limbah seharusnya berada di satu atap.
"Sumber pendanaan dari pengelolaan air itu dari pengolahan air minum. Kalau air limbah sebagian besar investasinya dari negara. Jadi pembagian keuntungannya pun lebih jelas," katanya kepada Bisnis, Senin (25/5/2015).
Dia berharap proses merger antara dua BUMD bisa berjalan lancar dan selesai dalam waktu dekat. Menurutnya, rutinitas PD PAM Jaya terus dilaksanakan ketika Pemprov DKI mengitung dan menata aset perusahaan.
"Kalau Pergub dan Perda sudah ada bisa langsung jalan [mergernya]. Kami siap jika pemerintah menghendaki merger dilaksanakan pada tahun depan," ujar Sri.
Menurut data yang dilansir PAM Jaya dan Operator, pada 2015 kebutuhan air bersih di Jakarta sebesar 26,1 m3/detik. Sementara itu, ketersediaan air bersih hanya 17 m3/detik.
Artinya ada defisit 9,1 m3/detik. Bila kondisinya tidak berubah, pada 2023, defisit air bersih akan meningkat hingga 13,1 m3/detik.
Sementara itu, sekitar 6 juta warga atau 60% dari total penduduk DKI Jakarta yang berjumlah 10 juta jiwa dapat menikmati layanan air bersih.
Jika dilihat dari segi kewilayahan, PD PAM Jaya mengklaim saluran pipa milik BUMD sudah tersebar di 75% wilayah di Ibu Kota.