Bisnis.com, JAKARTA-Banyak nelayan pantai utara Jakarta tidak bisa melaut belakangan ini karena tidak sanggup menanggung biaya modal, terutama harga bahan bakar minyak solar untuk kapal mereka.
Tingginya harga barang kebutuhan untuk berlayar karena dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itu menyebabkan hasil tangkapan nelayan tidak sebanding dengan biaya modal yang dikeluarkan.
Hafidzin, Ketua Rt.011 Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, mengatakan sebagian besar warganya berprofesi sebagai nelayan. Kini, mereka terpaksa tidak bisa melaut sehingga ada diantaranya yang mencari pekerjaan lain.
“Para nelaya tidak bisa melaut bukan kerena dampak dari reklamasi, tetapi karena tingginya nilai mata uang dolar AS yang menyebabkan harga sola terlalu tinggi,” katanya, Kamis (17/9/2015).
Sementara itu Tubagus Mukti, Tokoh Masyarakat Muara Angke, mengatakan pelatihan bagi warga yang diselenggarakan pihak PT Muara Wisesa Samudera (MWS), perusahaan pengembang Pluit City, sangat penting bagi mereka.
“Pihak pengembang Pluit City akan memberikan pelatihan bagi warga Muara Angke dan juga siap membantu anak-anak warga setempat yang tidak mampu untuk disekolahkan,” ujarnya.
Lurah Pluit, Purnomo, menyambut positif partisipasi MWS terhadap berbagai kegiatan warga Rukun Tetangga (Rt) 001, Rt. 011, Rt. 020 dan Rt.021 Muara Angke Kelurahan Pluit melalui program corporate social responsibility.
Adapun partisipasinya antara lain dalam bentuk pembangunan gedung 2 lantai sebagai Rumah Pintar untuk anak-anak belajar nonformal, santunan anak yatim, bantuan pembangunan masjid serta penanaman hutan mangrove dan mengatasi masalah sampah.
“Selain itu, bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja, MWS akan memberikan pelatihan berbagai keterampilan bagi warga Muara Angke di antaranya bidang pertukangan, untuk mempersiapkan warga mendapat perioritas bekerja di Pluit City,” ujarnya.