Bisnis.com, JAKARTA -Proyek reklamasi pantai utara Jakarta berpotensi meningkatkan kadar pencemaran di Teluk Jakarta.
"Jadi, reklamasi ini akan mempersempit arus air, sehingga berdampak kepada pencucian air. Padahal teluk memiliki fungsi pencucian, namun kini mulai melemah," kata Lektor Kepala Bidang Oceanografi Institut Pertanian Bogor (IPB), Alan F. Koropitan, Rabu (11/11/2015) di Kantor LBH Jakarta, dalam diskusi bertajuk 'Reklamasi Jakarta Mengapa Bermasalah?'.
Sempitnya debit air akan membuat mekanisme pencucian bahan tercemar atau eutrofikasi akan semakin sulit. Pasalnya, begitu air tercemar logam berat, keberadaan pulau reklamasi membuat waktu cuci menjadi lebih lama, yakni 13 hari.
Sementara itu, dalam waktu normal saja, proses eutrofikasi ini diakui Alan semakin melambat. Akibatnya, kadar logam berat dalam air akan meningkat.
"Misalnya lagi kita buang limbah, secara alami memang alami, tetapi reklamasi ini membuat tambah lama. Jadi bahan itu menumpuk dengan logam berat limbah," jelas Alan.
Tak hanya pembangunan reklamasi pulau saja yang dipandang bermasalah, Alan menilai pembangunan Giant Sea Wall (GSW) juga memiliki potensi merusak lingkungan.
"Kalau dalam GSW arus akan mengecil karena dibangun semua di atas lahan yang mengalami penurunan. Jadi, di daerah luar GSW akan cenderung mengalami erosi. Bagian kanannya akan terjadi akumulasi sedimen logam berat yang menumpuk," ungkap Alan.