Bisnis.com, BEKASI - Para pelaku usaha di Bekasi tetap optimistis menyambut persaingan dengan pemain asing yang kian ketat, seiring adanya perubahan Daftar Negatif Investasi.
Namun demikian, peran pemerintah tetap dibutuhkan untuk menjaga daya saing pelaku usaha lokal.
Sekjen Hipmi Bekasi Raya Yogi Kurniawan mengatakan para pelaku usaha memandang kompetisi dengan investor asing tidak bisa terelakan, mengingat telah dimulainya persaingan bebas pada era MEA.
Yogi yang juga pemilik restoran Wulan Sari mengatakan kebijakan paket X oleh pemerintah pusat dengan merivisi Daftar Negatif Investasi (DNI) akan membuat kompetisi antara pelaku usaha lokal dan pengusaha asing kian sengit.
"Karena tidak mungkin membendung investasi asing, salah satu caranya pelaku usaha restoran memperbaiki kinerja dan promosi," katanya, Jumat (12/02).
Pengusaha lokal di Bekasi juga sudah terbiasa dengan persaingan yang kian ketat. Pada sektor restoran misalnya, para pelaku usaha telah menghadapi gempuran masuknya mal-mal besar.
Adaptasi yang dilakukan para pelaku usaha restoran untuk menghadapi persaingan tersebut salah satunya dengan memgembangkan lini bisnis usaha, seperti mengembangkan bisnis catering dan wedding organizer. "Kalau cuma berharap pada restoran persaingan sudah sudah sangat ketat."
Namun demikian, dia meminta, agar Pemkot Bekasi dapat menjaga harga bahan baku makanan, gas dan listrik dengan stabil. Dengan demikian, para pelaku usaha mendapat kemudahan terkait budgeting biaya produksi yang harus dikeluarkan.
Sebelumnya, pemerintah kembali melonggarkan aturan kepemilikan saham asing di sejumlah sektor usaha. Sejumlah sektor usaha yang dibuka sepenuhnya untuk asing antara lain industri penyimpanan dan pergudangan (cold storage), industri bahan baku obat, restoran, pengusahaan jalan tol, dan industri perfilman.
Selain itu, ada sejumlah sektor usaha yang awalnya terbatas bagi kepemilikan asing, porsinya dinaikkan oleh pemerintah. Semua kebijakan itu menjadi bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi X yang memuat perubahan DNI.