Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kajian Penanganan Sampah Jakarta Dianggap Hanya Selesai di Atas Kertas

Persoalan sampah di DKI Jakarta sangat kompleks sehingga berbagai diskusi dan kajian serta perencanaan dan pembuatan masterplan untuk penanganannya hanya selesai dalam tataran konsep di atas kertas.
Ilustrasi: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang Bekasi/Bisnis.com-Muhammad Hilman
Ilustrasi: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang Bekasi/Bisnis.com-Muhammad Hilman

Bisnis.com, JAKARTA-Persoalan sampah di DKI Jakarta sangat kompleks sehingga berbagai diskusi dan kajian serta perencanaan dan pembuatan masterplan untuk penanganannya hanya selesai dalam tataran konsep di atas kertas.

Ubaidillah, Pemerhati Lingkungan Perkotaan, mengatakan banyak kalangan dalam upaya penyelesaian masalah persampahan terutama di perkotaan, hanya selesai dalam tataran konsep di atas kertas dan tidak mampu mengimplementasikannya.

“Padahal sistem pembuangan sampah secara terbuka atau open dumping tidak lagi diperbolehkan sebagaimana amanat Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Persampahan,” katanya, Senin (8/8/2016),

Menurutnya, amanat UU No.18 Tahun 2008 tentang Persampahan, pasal 29 huruf (e) tersebut adalah Dilarang melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir.

Dia menjelaskan larangan menimbun sampah secara terbuka di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), mengingat sampah yang ditumpuk dibiarkan terbuka dan membiarkan air lindi (leacheate) tidak terkelola.

Selain itu, lanjutnya, yang juga tidak terkelola dengan baik adalah gas methana (CH4) yang timbul akibat reaksi biokimia sehingga sering terjadi ledakan dan kebakaran di TPA.

Ubaidillah memberikan contoh TPA Bantargebang, merupakan TPA jenis itu yang sangat merusak lingkungan dan menjadi sumber berbagai penyakit, mencemari udara, tanah dan air tanah, mencemari irigasi dan badan-badan air.

“Selain itu juga menimbulkan bau yang meresahkan hingga radius 5-10 km, merusak estetika, penyebab banjir dan krisis air bersih serta potensi konflik sosial,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper