Bisnis.com, TANGSEL-Pembangunan kota yang beradab di sejumlah negara maju selalu memperhatikan dan menyediakan sarana untuk berjalan kaki bagi warganya yang aman dan nyaman.
Uten Sutendy, Presiden Tangsel Club, mengatakan pembangunan sarana kota, khususnya fasiltas untuk berjalan kaki bagi warganya, harus dengan pendekatan manusiawi dan tetap berbasis ekonomi.
“Bahkan , jika ingin melihat sebuah kota itu sudah demokratis atau belum, lihatlah jalan-jalannya. Apakah menyediakan jalur khusus bagi pejalan kaki, sepeda, atau para senimanm jalanan,” katanya, Selasa (17/10/2017).
Menurutnya, sejumlah jalan kota tua di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta, yang merupakan peninggalan masa Belanda, justru sudah mencerminkan sebagai sarana kota yang berbudaya, karena menyediakan seluruh fasilitas itu.
Atau misalnya kondisi pedestrian di sepanjang jalan Orchard Road di Singapura dan Jalan Merdeka di Kuala Lumpur, Malaysia, serta sejumlah trotoar jalan di negara-negara di Eropa, cukup nyaman bagi pejalan kaki.
Di sepanjang trotoar jalan tersebut, lanjutnya, terliaht ada hubungan yang cukup harmonis antara trotoar, pejalan kaki, pedagang kaki lima dan seniman jalanan yang semua pihak merasakan senang dan nyaman.
Baca Juga
“Jadi semua mendapat sentuhan nilai budaya. Dan Kota Tangerang di bawah pimpinan Walikota Arief R, Wismansyah, saya kira contoh yang baik cara membangun kota berbasis budaya itu,” ujarnya.
Dia menjelaskan banyak area tepi jalan dan trotoar di wilayah Kota Tangerang, Provinsi Banten yang kini telah ditata secara tematik berdasarkan nilai kearifan lokal setempat.
Kota-kota lain, lanjutnya, seharusnya bisa melakukan hal yang sama, terutama Kota Tangerang Selatan, dalam menata sarana jalan bagi para pejalan kaki yang menjamin rasa aman dan nyaman.