Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek menilai pertimbangan untuk memperpanjang sistem ganjil genap tidak hanya berdasarkan data lalu lintas yang menunjukkan hasil positif.
Adapun faktor lain yang membuat kebijakan ini diteruskan, yaitu kesepakatan bersama antara pemangku kepentingan, pakar transportasi, dan warga Ibu Kota. Kesepakatan ini diambil dari hasil Focus Group Discussion yang dilakukan pada pekan lalu.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan bahwa evaluasi lalu lintas selama ganjil genap yang telah berjalan dari masa uji coba pada Juli hingga penerapannya pada Agustus lalu menunjukkan hasil positif setiap pekannya.
BPTJ menilai ganjil genap ini sukses dari beberapa indikator seperti kecepatan dalam kawasan ganjil genap, waktu tempuh, polusi, penumpang kendaraan umum, dan volume kendaraan.
BPTJ mencatat, kecepatan rata-rata meningkat menjadi 45 km/jam dari sebelumnya sebesar 21 km/jam. Adapun waktu tempuh menurun hingga 50%.
Sementara itu, volume kendaraan di jalanan berkurang sekitar 30%. Sedangkan, angka kecelakaan menurun hingga 20%.
Baca Juga
"Penurunan gas CO2 menurun 28% padahal target kita sekitar 20%, ini patut diapresiasi," kata Bambang kepada Bisnis, Minggu (2/9/2018).
Selain itu BPTJ juga mencatat, kenaikan penumpang kereta rel listrik (KRL) naik sebesar 20%. Bahkan, penumpang bus Transjakarta meningkat hingga 40%.
"Kami menghitung dampak ekonominya, ganjil genap dapat menghemat bahan bakar minyak mencapai Rp14 triliun per tahun. Semua indikator ini yang membuat BPTJ, Dinas Perhubungandan Transportasi DKI, dan Polda Metro Jaya meneruskan keputusan ini."