Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyelesaian MRT Fase 1 Capai 98,59%

Penyelesaian MRT fase 1 jalur Lebak Bulus-Bundaran HI telah mencapai 98,59%.
Suasana proyek pembangunan terminal Mass Rapid Transportation (MRT) koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Jakarta, Jumat (4/1/2019)./ANTARA-Reno Esnir
Suasana proyek pembangunan terminal Mass Rapid Transportation (MRT) koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Jakarta, Jumat (4/1/2019)./ANTARA-Reno Esnir
Bisnis.com, JAKARTA–Penyelesaian MRT fase 1 jalur Lebak Bulus-Bundaran HI telah mencapai 98,59%.
 
Hingga saat ini sejak Januari 2019 PT MRT Jakarta pun juga sedang melakukan integrated testing and comissioning (ITC) dimana 8 kereta MRT diuji coba secara bersamaan untuk pengetesan sistem operasi normal dengan jarak antarkereta atau headway sebesar 10 menit.
 
Pada 26 Februari 2019 akan dimulai full trial run dimana masyarakat dengan jumlah terbatas bisa ikut mencoba menggunakan kereta MRT di jalur Lebak Bulus-Bundaran HI.
 
"Harapannya tidak hanya pulang pergi Lebak Bulus-HI tapi juga berhenti di stasiun-stasiun antara," tutur Dirut PT MRT Jakarta William Sabandar pada Rabu (30/1/2019).
 
MRT fase 1 ini pun ditargetkan akan mulai beroperasi secara komersial pada 24 hingga 31 Maret 2019.
 
Terkait dengan proses konstruksi, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim mengatakan pihaknya sedang mengerjakan penyelesaian kanopi di beberapa stasiun dan juga akan dilanjutkan dengan penyelesaian pedestrian di sekitar stasiun MRT.
 
Adapun untuk bagian dalam stasiun Silvia mengatakan sudah 100% siap beroperasi dan pihaknya tinggal merapikan arsitektur dan desain dari bagian dalam stasiun MRT.
 
Infrastruktur yang digunakan oleh PT MRT Jakarta pun sudah mematuhi standar internasional terutama standar dari Jepang mengingat pendanaan proyek MRT juga bersumber dari Jepang yaitu Japan International Cooperation Agency (JICA).
 
Infrastruktur MRT pun juga sudah siap menghadapi berbagai bentuk bencana alam baik itu gempa bumi hingga 8,0 SR, banjir, dan pergerakan tanah.
 
Untuk mengantisipasi banjir, terutama di stasiun-stasiun bawah tanah, PT MRT Jakarta telah mempelajari data historis ketinggian air selama 200 tahun ke belakang. Stasiun-stasiun MRT pun dibangun di titik-titik yang tidak mampu dicapai oleh banjir.
 
Dalam rangka menganstisipasi pergerakan tanah, PT MRT Jakarta menyiapkan railway protection zone sehingga kegiatan-kegiatan pembangunan di sekitar kawasan tersebut akan diawasi secara ketat untuk mencegah pergerakan tanah.
 
Terkait dengan kesiapan masinis kereta MRT, Direktur Operasi dan Pemeliharaan Muhammad Effendi mengatakan SDM MRT sekarang sedang melewati uji sertifikasi dari Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan yang akan selesai pada 31 Januari 2019.
 
Adapun nantinya MRT akan memiliki 17 instruktur masinis dan 54 masinis.
 
ITC yang dilakukan oleh PT MRT Jakarta dengan mengoperasikan 8 kereta secara bersamaan berfungsi agar masinis MRT sudah siap dan terlatih ketika MRT sudah benar-benar beroperasi secara komersial pada Maret 2019.
 
Guna memaksimalkan pendapatan non-tiket, PT MRT Jakarta pun juga telah menjual naming rights dari empat stasiun MRT.
 
Adapun stasiun-stasiun yang dimaksud adalah Stasiun Dukuh Atas, Stasiun Setiabudi, Stasiun Istora, dan Stasiun Sisingamangaraja.
 
Secara berurutan masing-masing stasiun akan berubah nama menjadi Stasiun Dukuh Atas BNI, Stasiun Setiabudi Astra, Stasiun Istora Mandiri, dan Stasiun Sisingamangaraja Asean.
 
"Untuk Stasiun Sisingamangaraja itu permintaan Sekjen Asean kepada pemerintah dan Gubernur juga sudah memutuskan untuk memberikan nama itu kepada Asean secara gratis," tutur William.
 
Kontrak naming rights antara PT MRT Jakarta dengan mitra terkait memiliki jangka waktu 5 tahun dengan opsi perpanjangan kontrak 5 tahun.
 
PT MRT Jakarta pun juga terbuka untuk menjual naming rights dari stasiun-stasiun MRT yang lain.
 
Selain menjual naming rights, PT MRT Jakarta juga telah bekerjasama dengan 15 retail di 10 stasiun MRT dan masih terbuka untuk 8 retail baru di 3 stasiun yaitu Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A, dan Stasiun Sisingamangaraja.
 
Ketika beroperasi pada Maret, PT MRT Jakarta akan menggunakan kartu Type C yang bisa memproses pembayaran tiket lebih cepat dibandingkan kartu-kartu perbankan yang biasa digunakan.
 
PT MRT Jakarta pun membuka peluang kerja sama dengan bank-bank terkait. Bank-bank mitra PT MRT Jakarta nantinya juga akan bekerjasama dalam hal promosi di lingkungan MRT.
 
Untuk sementara PT MRT Jakarta akan menggunakan sistem pembayaran tiket sendiri yaitu Kartu MRT Jelajah dan kedepannya Kartu JakLingko dan kartu perbankan milik Bank DKI juga bisa digunakan untuk membayar tiket MRT.
 
Kedepannya ketika perusahaan patungan pengelola pembayaran tiket antara PT MRT Jakarta, PT Jakarta Propertindo (Jakpro), dan PT TransJakarta mulai beroperasi maka seluruh kartu perbankan yang berlaku bisa digunakan untuk pembayaran tiket MRT.
 
Adapun tarif tiket MRT tidak akan jauh dari hasil survei willingness to pay PT MRT Jakarta yaitu Rp8500 per 10 km. William pun mengatakan angka tersebut sudah menjadi tolak ukur subsidi tiket MRT di APBD DKI Jakarta 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper