Bisnis.com, JAKARTA — Penerapan pengembangan kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD) di berbagai stasiun di Ibu Kota menjadi kunci mengatasi masalah kenyamanan penumpang dan kemacetan lalu lintas di sekitar stasiun.
Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan Edi Nursalam mengatakan bahwa ego sektoral dari berbagai stakeholder masih menjadi tantangan penghambat penerapan TOD ini.
Oleh sebab itu, diperlukan sinergi antarlembaga agar percepatan realisasi TOD tercapai. Terutama demi mengatasi hambatan integrasi antarmoda transportasi, melengkapi sarana prasarana umum, juga menghadapi maraknya angkutan ojek daring atau ojek online yang tak tertata di stasiun.
"Apa yang kamu temukan kalau naik KRL? Kan banyak sekali tukang ojek. Di negara lain tidak ada seperti itu. Orang mestinya setelah turun, sudah meyakini dirinya pasti mendapatkan angkutan lanjutan," ujar Edi selepas menghadiri acara diskusi di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (12/8/2019).
Edi menjelaskan bahwa pihaknya akan mengatasi penataan kawasan ini, terutama di Stasiun KRL di Jakarta lewat bantuan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku pengelola.
BPTJ akan mengundang Transjakarta untuk membahas integrasi fisik, serta Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta untuk membahas penataan ojol agar tak membuat kemacetan di jalan dan justru menjadi 'predator' transportasi umum penghubung lainnya.
Sementara untuk stasiun Moda Raya Terpadu (MRT), BPTJ 'lepas tangan'. Sebab, pemerintah provinsi DKI Jakarta telah menunjuk PT MRT Jakarta mengembangkan konsep TOD di setiap stasiun miliknya sendiri.
Direktur Utama PT KCI Wiwik Widayanti dalam kesempatan yang sama mengakui bahwa masalah penataan ojol dan kawasan kumuh di sekitar stasiun perlu dibenahi lewat TOD.
Oleh sebab itu, Wiwik mengungkap beberapa stasiun KRL di wilayah Jakarta yang akan dikembangkan sebagai TOD, bekerja sama dengan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Di antaranya, stasiun Tanah Abang dan Juanda bersama PT Pembangunan Perumahan (PP). Tanjung Barat, Pondok Cina, dan Rawa Buntu bersama Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas).
Ada pula stasiun Pasar Senen bersama PT Wijaya Karya (Wika), Jurang Mangu bersama PT Hutama Karya (HK), dan Cisauk bersama PT Adhi Karya.
"Nantinya bukan hanya dengan BUMN, kami tengah menjajaki kerja sama dengan swasta untuk pengembangan TOD di beberapa stasiun di luar Jakarta," ungkap Wiwik.
Di samping itu, Wiwik mengungkap 33 Stasiun KRL yang berpotensi diintegrasikan secara fisik dengan moda transportasi lain, mulai dari bus, Transjakarta, LRT, Railink, MRT, bahkan Kereta antarkota-antarprovinsi atau KA jarak jauh.
Harapannya, tentu saja kerja sama integrasi ini bisa meningkatkan kenyamanan pelanggan, yang berbuah terwujudnya target KCI melayani 1,2 juta penumpang setiap hari.