Bisnis.com, JAKARTA - Bencana banjir ekstrim yang melanda DKI Jakarta dan sekitarnya membuat berbagai aktivitas bisnis lumpuh total. Perputaran uang selama libur tahun baru yang diperkirakan melonjak tajam dan akan mampu menopamg pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Sarman Simanjorang mengatakan banjir yang terjadi pada 1 Januari sangat memukul pelaku usaha di berbagai sektor, seperti ritel, restoran, hotel, pariwisata, jasa transportasi, hingga usaha mikro, kecil, dan menengah.
"Kerugian transaksi atau perputaran uang akibat banjir Jabodetabek diperkirakan mencapai Rp1 triliun," katanya seperti dikutip siaran pers, Senin (13/1/2020).
Dia memaparkan sekitar 400 toko ritel terkena dampak langsung tidak bisa buka melayani pelanggan. Sarman mengasumsikan jika satu toko memiliki pelanggan sekitar 100 orang dikali 400 toko jumlah pelanggan 40.000 dengan asumsi belanja rata-rata Rp250.000 maka kerugian diperkirakan mencapai Rp10 miliar per hari.
Kerugian tersebut belum termasuk toko ritel yang ada di dalam mal dan pasar tradisional. Pasalnya, ada sekitar 82 mal di Jabodetabek dengan rata-rata jumlah pengunjung saat libur Tahun Baru 2020 mencapai 5000 orang.
Apabila, biaya yang dikeluarkan konsumen untuk belanja, makan, dan minum minimal Rp200 ribu maka transaksi mencapai Rp82 miliar.
"Jjika pengunjung turun sekitar 50% maka kerugian transaksi dari mall saat banjir Rp41 miliar untuk satu hari," jelasnya.
Lebih lanjut, mengacu pada data Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DKI Jakarta terdapat 28 pasar tradisional yang terkena imbas banjir dengan jumlah pedagang sebanyak 250 orang per pasar. Adapun, total pedagang 7.000 pedagang. Jika rata-rata penjualan sekitar Rp500 ribu pedagang maka kerugian transaksi mencapai Rp3,5 miliar.
Sarman mengatakan sektor pariwisata merupakan pusat hiburan di Jakarta yang sangat banyak dikunjungi warga Jabodetabek saat liburan tahun baru seperti Ancol, Kota Tua, Monas, TMII, Kebun Binantang Ragunan.
"Setiap tahun biasanya dikunjungi ratusan ribu orang. Namun, akibat banjir pengelola mengalami penurunan antara 50%-70 %. Ini nilainya sangat besar, belum lagi pelaku UMKM yang berjualan di sana," ucapnya.