Bisnis.com, JAKARTA — Proyek Revitalisasi Monas resmi dihentikan sementara, menunggu izin tindak lanjut dari Sekretariat Negara atas izin proyek yang masuk kawasan cagar budaya ini.
Seperti diketahui, sebelumnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama DPRD DKI Jakarta telah meninjau langsung pelaksanaan proyek yang ditangani PT Bahana Prima Nusantara pada Selasa (28/1/2019) dan menyepakati adanya moratorium.
"Kita cek lapangan dulu. Kita lihat positif dan negatifnya. Kalau nanti, kita sepakat untuk pending dulu untuk nanti mendapatkan persetujuan dari komisi pengawas pengarah dalam hal ini mensesneg dan anggotanya. Setelah ini dibahas, dirapatkan. Nanti kita tindak lanjuti rekomendasi tersebut," ujar Saefullah.
Namun, selain masalah administrasi perizinan dari pemerintah pusat, sebenarnya moratorium perlu dilakukan sebagai bagian dari evaluasi eksekusi pekerjaan.
Ketua Komisi D Bidang Pembangunan DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah mengungkapkan hal tersebut. Menurutnya, pelaksanaan proyek terbilang terburu-buru.
"Karena ini kontraknya pakai anggaran 2019. Ternyata, perusahaan [kontraktor] tidak bisa menyelesaikan karena alasan hujan dan sebagainya. Padahal, hukum tidak mengenal itu," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Rabu (29/1/2019).
Baca Juga
Selain itu, Ida menyayangkan pihak Pemprov DKI yang selalu berubah-ubah ketika menjelaskan desain makro proyek ini. Misalnya, terkait upaya menjaga Monas sebagai cagar budaya.
"Ruang terbuka kita pikir conblock. Tapi tidak, ternyata bawahnya justru dibeton, kan tidak bisa menyerap air sama sekali kalau begitu," ujarnya.
"Soal pohon juga. Saya pertegas kemarin di rapat komisi, dipindah atau ditebang kemudian tanaman baru? Ternyata tanaman baru, cuma disiapkan tempatnya. Inilah yang kita sesalkan, karena [pohon] tidak diangkat sama akarnya. Yang menjadi penyesalan, usia pohonnya sudah 50 tahun, kalian belum lahir mungkin pohonnya sudah ada, tapi sekarang ditebang," tambahnya.
Anggota tim pemenang sayembara Revitalisasi Monas atau penataan Taman Medan Merdeka dari PT Labo Indonesia (LABO.) Deddy Wahjudi mengungkapkan hal serupa.
Deddy mengungkap bahwa desainnya bersama tim atas nama Nelly Lolita yang mengusung tema Monas sebagai 'Labuan Nusantara' dengan jargon Monumentalitas Baru, Spirit Konservasi, dan Kesederhanaan Desain merespon Alam, seharusnya dieksekusi dengan konservasi juga.
Salah satunya, Pemprov DKI perlu menerapkan prosedur pengembangan desain yang beradaptasi pada kondisi eksisting posisi pohon.
"Termasuk memetakan titik pohon, pelibatan berbagai disiplin ilmu, dan waktu yang cukup, serta pilihan spek material hijau dan proses konstruksi yang ramah alam adalah aspek-aspek yang penting dilakukan," ujar arsitek jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini ketika dikonfirmasi Bisnis, Rabu (29/1/2019).
Deddy menjelaskan bahwa Plaza Selatan yang tengah dikerjakan, tampak terdapat pelebaran dimensi. Padahal, ini merupakan satu elemen penting dari proposal desain yang menguatkan poros utara-selatan dari Taman Medan Merdeka.
Deddy pun menyarankan agar eksekusi kepastian masterplan kawasan harus dirancang secara makro dan menyeluruh terlebih dahulu.
"Eksekusi pengembangan desainnya tidak bisa parsial. Jadi harus keseluruhan dulu disiapkan, baru pekerjaan [teknisnya] secara parsial."
Deddy berharap konsep penataan Taman Medan Merdeka di masa depan sesuai dengan desain besutannya, yang masih akan mempertahankan fungsi ruang terbuka hijau, dengan drainase dan serapan aliran air yang bertambah.
Terlebih, Taman Medan Merdeka telah disiapkan sebagai salah satu ruang integrasi transportasi untuk penumpang berjalan kaki dari Stasiun Kereta Moda Raya Terpadu (MRT) baru di bagian barat Medan Merdeka menuju Stasiun Gambir.