Bisnis.com, JAKARTA - Penyedia data polusi udara berbasis di Swiss, IQAir AirVisual, mengeluarkan Laporan Kualitas Udara Dunia 2019.
Menurut laporan tersebut, Indonesia menjadi negara dengan kualitas udara terburuk peringkat enam di dunia dengan rata-rata konsentrasi PM2.5 sebesar 51,7 mikrogram/m³.
Kebakaran hutan musiman, pembangunan kota yang cepat, pembakaran limbah rumah tangga terbuka, dan ketergantungan pada energi berbasis batubara menghadirkan sumber utama partikel polusi di Indonesia.
Kota-kota utama seperti Jakarta, Badung, dan Denpasar pada 2019 mengalami kualitas udara yang lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya, sebagian besar disebabkan dari peningkatan kebakaran hutan pada bulan Juli hingga Oktober.
Sementara itu, laporan tersebut menempatkan Jakarta sebagai Ibu Kota yang paling tercemar di Asia Tenggara pada 2019, dan urutan kelima Ibu Kota paling tercemar secara global atau naik dari tahun sebelumnya yang berada di posisi 10.
Baca Juga
Rata-rata level PM2.5 di Jakarta selama 2019 tercatat sebesar 49,4 mikrogram/m³ atau masuk kategori 'tidak sehat untuk kelompok sensitif'.
Sejak 2017, level PM2.5 di Jakarta telah meningkat sebesar 66 persen. Level PM2.5 tahunan Jakarta juga 20 persen lebih tinggi dari Beijing selama 2019.
Namun ternyata, Jakarta bukanlah kota paling berpolusi di Indonesia. Menurut data IQAir, Tangerang Selatan menempati peringkat satu sebagai kota paling berpolusi di Indonesia dan disusul oleh Bekasi.
Rata-rata tingkat PM2.5 Tangerang Selatan selama 2019 tercatat mencapai 81,3 mikrogram/m³ atau masuk kategori 'Tidak Sehat'. Demikian pula dengan tingkat polusi kota Bekasi yang masuk kategori 'Tidak Sehat' dengan tingkat PM2.5 62,6 mikrogram/m³.
Adapun laporan ini berfokus pada konsentrasi PM2.5 karena ini adalah polutan yang secara luas dianggap paling berbahaya bagi kesehatan manusia. PM2.5 didefinisikan sebagai partikel udara di sekitar yang berukuran hingga 2,5 mikron.
Ukurannya mikroskopis memungkinkan partikel memasuki aliran darah melalui sistem pernapasan dan melakukan perjalanan ke seluruh tubuh, menyebabkan efek kesehatan yang luas, termasuk asma, kanker paru dan penyakit jantung.