Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah DKI Jakarta hingga 20 Mei 2020, baru merealisasikan 20,33 persen pendapatan atau Rp16,71 triliun dari target Rp82,19 triliun.
Dikutip dari laman dashboard-bpkd.jakarta, tercatat uang masuk untuk Pemda DKI Jakarta ini disumbang oleh pendapatan asli daerah (PAD) Rp11,33 triliun. Sedangkan sisanya berasal dari transfer dari pemerintah pusat sebesar Rp5,38 triliun.
Pemerintah DLI Jakarta sendiri awalnya menargetkan pos PAD dapat mengisi kantong pemda sebesar Rp57,56 triliun. Sedangkan bagi hasil pajak dari pusat ditargetkan Rp18,27 triliun ditambah dana alokasi khusus 3,23 triliun.
Rencana dan realisasi belanja APBD DKI Jakarta 2020/Sumber:http://dashboard-bpkd.jakarta.go.id/LraAction/Lra
Laman BPKD juga mencatat dari rencana belanja dan transfer yang disusun Rp80,16 triliun, aparatur di Jakarta telah membelanjakan Rp14,77 triliun.
Baca Juga
Rincian anggaran yang dibelanjakan ini meliputi belanja pegawai Rp6,72 triliun, belanja barang dan jasa Rp5,03 triliun.
Lainnya Pemda DKI Jakarta telah membelanjakan bantuan sosial (Bansos) Rp748 miliar, belanja subsidi Rp882 miliar, juga belanja modal sebesar Rp342,96 miliar. Pemda DKI Jakarta juga telah melakukan belanja tidak terduga sebesar Rp960,79 miliar.
Sedangkan rencana transfer bantuan keuangan kepada Pemda di sekitar Jakarta senilai Rp563,90 miliar hingga 20 Mei ini belum dilakukan.
Rencana dan realisasi pendapatan APBD DKI Jakarta 2020 per 20 Mei 2020/Sumber:http://dashboard-bpkd.jakarta.go.id/LraAction/Lra
Dalam kesempatan terpisah, Pemda DKI Jakarta mulai menyusun strategi pemangkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) T.A. 2020, seiring merosotnya realisasi pendapatan.
Jajaran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mengajukan penyesuaian APBD untuk dibahas bersama DPRD DKI Jakarta. Proyeksi Pemprov DKI menyebut, APBD ibukota diajukan turun ke angka Rp47,1 triliun. Dipangkas 47 persen dari pengesahan awal Rp87,9 triliun.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta Nasruddin Djoko Surjono menjelaskan bahwa proyeksi ini mengacu hasil adjustment APBN pusat, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Bank Indonesia.
Namun, Djoko masih optimistis kemampuan fiskal DKI Jakarta akan membaik, seiring dengan cepat berakhirnya pandemi Covid-19. Pasalnnya, jika puncak pandemi terjadi sampai dengan akhir Mei maka ekonomi Jakarta masih bisa tumbuh 2,9 persen-3,4 persen.
"Jika puncak pandemi terjadi sampai Juni maka diperakirakan pertumbuhan ekonomi terus melambat pada kisaran 0,1 persen - 0,5 persen. Maka kami berharap pandemi Covid-19 ini cepat berakhir, sehingga ada peluang APBD 2021 lebih baik dibandingkan saat APBD penyesuaian 2020 ini," ujarnya, Rabu (6/5/2020) lalu.