Bisnis.com, JAKARTA — Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah DKI Sri Haryati menuturkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap berkomitmen menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk mendongkrak konsumsi masyarakat pada semester II/2020.
Langkah itu diambil untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada semester II/2020, setelah dinyatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II minus 8,2 persen. Alasannya, konsumsi masyarakat menyumbangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi yakni sebesar 62 persen.
“Sampai akhir tahun transfer ke masyarakat tetap kami lakukan termasuk bantuan sosial kami jalankan karena PDRB dari sisi konsumsi itu tertinggi sebesar 62 persen,” kata Sri melalui sambungan telepon kepada Bisnis pada Minggu (16/8/2020).
Dengan demikian, menurut Sri, anggaran dari APBD untuk menopang konsumsi masyarakat tidak dikoreksi. “Jadi, semua mulai dari KJP, termasuk insentif Dasa Wisma dan lainnya tetap kami lakukan,” ujarnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta memproyeksikan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada 2020 bakal minus 0,5 persen buntut dari krisis pandemi Covid-19.
“Proyeksi kami secara konservatif kemarin pada 2020 masih positif, ini kami baru dapat informasi dari BPS pertumbuhannya minus 8,2 persen di mana pada kuartal I dan kuartal 2 masih positif lima persen, tetapi secara keseluruhan pada 2020 dengan tim Indef melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi ini menjadi minus 0,5 persen,” kata kepala Bappeda DKI Nasruddin Djoko Surjono dalam unggahan video Youtube Pemprov DKI Jakarta.
Keterangan itu disampaikan dalam rapat pimpinan gubernur ihwal perkembangan revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD DKI 2017-2022 pada 7 Agustus 2020 lalu. Video baru diunggah pada Jumat (14/8/ 2020).
Ihwal proyeksi itu, Djoko beralasan, angka konservatif tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang juga diperkirakan berada pada kisaran itu.
“Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi di 2021 bakal naik menjadi 5,05 persen dan menjadi 5,85 persen pada 2022,” ujarnya.