Bisnis.com, JAKARTA - PT Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta berkirim surat ke Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk mendorong kesempatan partisipasi pasar internasional terkait pengadaan paket kontrak MRT Jakarta Fase 2.
Surat itu dilatarbelakangi minusnya minat kontraktor Jepang untuk pengadaan infrastruktur pada paket CP 202 untuk pengerjaan stasiun mulai dari Harmoni sampai Mangga Besar, CP 205 pembuatan sistem perkeretaapian dan rel, serta CP 206 untuk pengadaan kereta alias rolling stock.
“MRT Jakarta pada September 2020 bersurat pada pihak JICA kita meminta dukungan pemerintah Jepang untuk mendorong partisipasi pasar Jepang untuk ini, dalam surat ini juga kita mendorong agar kalau memang tidak ada perusahaan Jepang yang berminat maka tolong dibuka untuk partisipasi pasar internosional,” kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar dalam konpers virtual pada Senin (19/10/2020).
Menurut William, sejumlah negara sudah bersiap untuk mengambil bagian dalam pengadaan paket kontrak MRT Jakarta Fase dua tersebut. Dia mencontohkan Cina, Korea Selatan, Inggris sudah menyatakan ketertarikannya.
“Memang model kesepakatan loan yang kita laksanakan dengan pemerintah Jepang itu disebut dengan STEP loan atau Tied loan yang memang kontraktor utamanya harus merupakan kontraktor Jepang,” kata dia.
Direktur Konstruksi Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta, Silvia Halim membeberkan salah satu kendala pengadaan paket kontrak MRT Jakarta Fase 2 adalah ketidaktertarikan kontraktor Jepang pada pengedaan kereta pada fase tersebut.
Di sisi lain, PT MRT Jakarta wajib menggandeng kontraktor Jepang imbas dari skema perjanjian pembiayaan Special Terms for Economic Partnership (Tied Loan) yang diberikan oleh Japan International Cooperation Agency Official Development Assistance (JICA ODA) Loan.
“Beberapa contoh proyek yang diikuti oleh para trademaker atau manufacturer waktu kita melakukan market sounding itu adalah proyek Tokyo Olympics 2020, jadi waktu itu pada saat kita masuk mereka masih sibuk dengan [proyek] itu,” kata Silvia dalam diskusi virtual pada Senin (19/10/2020).
Selain itu, Silvia mengatakan, kontraktor Jepang juga masih berkonsentrasi dengan proyek Manilla, Filipina, terkait pengadaan 300 kereta.
“Ada juga pemesanan beberapa dari US, jadi proyek itu baru sebagian saya sebutkan, yang membuat market Jepang is very occupied ditambah lagi order kita yang kecillah, ditambah order mereka yang membuat ketidaktertarikan mereka pada proyek MRT ini,” ujarnya.
Pasalnya, PT MRT Jakarta mengusulkan optimasi pengadaan sebanyak 14 rangkaian kereta pada market sounding kedua yang dilakukan secara virtual dengan calon manufaktur dan perusahaan dagang pada Juli hingga 13 Agustus 2020.