Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apa Hebatnya Tugu Sepeda di Kawasan Jenderal Sudirman?

Emil Salim berpendapat seharusnya pembuatan tugu sepeda ini tak memerlukan anggaran pemerintah daerah.
Pekerja menyelesaikan pembangunan Tugu Sepeda di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (5/4/2021). Pembangunan tugu yang berbentuk satu buah ban sepeda berukuran raksasa tersebut sebagai pengingat momentum penggunaan sepeda yang masif digunakan masyarakat Ibu Kota di tengah pandemi Covid-19./Antararnrn
Pekerja menyelesaikan pembangunan Tugu Sepeda di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (5/4/2021). Pembangunan tugu yang berbentuk satu buah ban sepeda berukuran raksasa tersebut sebagai pengingat momentum penggunaan sepeda yang masif digunakan masyarakat Ibu Kota di tengah pandemi Covid-19./Antararnrn

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun tugu sepeda di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, pembangunan tugu tersebut sebagai bentuk keberpihakan pemerintah kepada masyarakat, khususnya yang menggunakan sepeda.

Riza menyebut tugu itu merupakan penghargaan bagi pesepeda di Ibu Kota. Pemerintah, katanya, berencana menjadikan sepeda sebagai moda transportasi, tak hanya sebatas sarana olah raga maupun rekreasi.

Riza yakin tugu tersebut akan menarik perhatian masyarakat, khususnya kaum milenial.

"Nanti jadinya akan baik, cantik, menarik, dan menjadi ikon di Jakarta bagi tempat selfie teman-teman milenial," kata dia di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (9/4/2021).

Adapun tugu sepeda itu masuk ke dalam proyek pembangunan jalur sepeda permanen sepanjang 11 kilometer dengan nilai total Rp28 miliar.

Tugu sepeda itu dibangun di atas trotoar yang berada tepat di depan gedung Indofood Tower. Selain untuk mengapresiasi pesepeda, kata Riza, pembangunan tugu itu juga bertujuan untuk memberi lahan bagi pelaku seni rupa di Ibu Kota untuk menuangkan inovasi dan kreativitasnya.

Berdasarkan dokumen yang diberikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Syafrin Liputo, tugu berbentuk lingkaran setinggi 5,7 meter itu menggambarkan roda sepeda. Bentuk itu dipilih untuk melambangkan pergerakan yang dinamis.

Pada sisi luar tugu yang menghadap ke jalan raya terdapat sejumlah lingkaran kecil yang dicetak berbentuk cakram.

Pada cakram tersebut akan dicetak ikon sejumlah bangunan yang menjadi simbol kebanggaan Jakarta. Selain itu, infografis yang bersifat edukatif terkait sepeda akan dicetak di sisa bagian lingkaran besar tersebut.

Sementara itu, pada bagian dalam yang menghadap ke trotoar tempat pejalan kaki akan dibuat menggunakan material reflektif stainless steel.

Hal itu bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada pejalan kaki maupun pesepeda untuk dapat merefleksikan ruang sekitarnya. Sisi bagian dalam tugu, khususnya pada lingkaran yang dicetak dengan bahan reflektif, akan dilengkapi dengan lampu.

“Material reflektif yang digunakan juga memberikan kesan statis-dinamis. Statis ketika tidak ada interaksi apapun, tetapi ketika pejalan/pesepeda melewati area ini, akan terpantul sehingga bersifat interaktif dan menjadi dinamis,” tulis penjelasan dalam dokumen tersebut.

Apa Hebatnya Tugu Sepeda di Kawasan Jenderal Sudirman?

Pekerja menyelesaikan pembangunan Tugu Sepeda di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (5/4/2021). Pembangunan tugu yang berbentuk satu buah ban sepeda berukuran raksasa tersebut sebagai pengingat momentum penggunaan sepeda yang masif digunakan masyarakat Ibu Kota di tengah pandemi Covid-19./Antara

 

Tuai Kritik

Pembangunan tugu sepeda pada masa pandemi Covid-19 ini menuai kritik pedas.

Politisi Ferdinand Hutahaean melalui akun Twitternya pada Selasa (6/4/2021), menyebut proyek tersebut tidak bermanfaat dan tak memiliki landasan filosofis.

"Mestinya kalau mau bangun tugu, lebih baik yang terkait budaya Jakarta dan sejarah Jakarta. Bukan seperti ini yang tidak bermanfaat,” tulis Ferdinand dalam cuitannya.

Kritik lain datang dari anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak. Dia mengatakan, pembangunan tugu tersebut tidak tepat lantaran sepeda tak memiliki nilai historis besar.

Menurut dia, seharusnya tugu dibangun untuk mengenang dan menghormati baik itu sosok maupun peristiwa legendaris.

"Apa yang legendaris dari sepeda? Malah justru selalu minta diprioritaskan dan mengambil anggaran dari APBD. Bukan meringankan malah membebani," kata dia lewat pesan pendek pada Jumat (9/4/2021).

Gilbert menilai Pemprov DKI Jakarta tak mengerti ihwal skala prioritas dalam kebijakan. Ia juga mengkritisi sikap pemerintah daerah yang membela tugu tersebut dari berbagai kritikan.

"Ini akan menjadi catatan buat kita dan masyarakat. Kalau buat legacy adalah dengan kebijakan yang pro rakyat seperti dilakukan para gubernur sebelumnya," ujar Gilbert.

Kritik Emil Salim

Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Emil Salim juga mempertanyakan alasan pemerintah DKI tidak menggunakan anggaran tugu sepeda untuk keperluan yang lebih bermanfaat.

"Mengapa uang tidak utamakan pendidikan ketimbang patung?" tanya dia dalam cuitannya di akun Twitter @emilsalim2010, Kamis (8/4/2021) malam.

Emil Salim berpendapat seharusnya pembuatan tugu sepeda ini tak memerlukan anggaran pemerintah daerah. Dia kemudian menyinggung sepeda adalah barang komersial. Bahkan, ada importir dan pengusaha bengkel yang berkecimpung di bisnis sepeda.

"Ketika Wagub DKI Jakarta sediakan Rp 800 juta bangun 'patung sepeda' guna membantu para pemahat, kita bertanya bukankah 'sepeda' barang komersial yang ada importir dan pengusaha bengkel dan lain-lain, sehingga tak perlu anggaran daerah?" cuit ekonom senior ini.

Riza Patria pun merespons kritik tersebut. Menurut dia, setiap rencana anggaran sudah dialokasikan untuk kegiatan tertentu.

"Semua kan ada alokasinya, pendidikan, sosial, kesehatan, olahraga, agama, semua dialokasikan. Tentu alokasinya sangat proporsional," kata Wagub DKI.

Riza menyebut, Pemprov DKI memperhatikan asal-usul pendanaan tugu ini. Tugu sepeda didirikan menggunakan dana dari pihak swasta, bukan membebankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI.

"Dana dari KLB (koefisien lantai bangunan)," ucap dia.

Semasa pandemi, Pemprov DKI Jakarta memang jor-joran menggalakkan penggunaan sepeda sebagai moda transportasi.

Dinas Perhubungan DKI berencana membangun jalur sepeda permanen sepanjang 11,2 kilometer. Jalur sepeda permanen itu akan dipasang pembatas berupa planter box.

Menurut Kepala Dishub DKI Syafrin Liputo dari target 4.454 pembatas yang akan dipasang, baru terealisasi sebanyak 505 planter box saja atau cuma 11,3 persen.

Selain tugu sepeda, jalur permanen ini juga akan dilengkapi dengan fasilitas rak sepeda sebagai rest area bagi para pesepeda.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.Co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper