Bisnis.com, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) disebut berpotensi melampaui elektabilitas PDI Perjuangan (PDIP) yang mengalami stagnasi dibandingkan dengan hasil pemilu legislatif 2019.
Hal itu terungkap dari hasil survei yang dilakukan Jakarta Research Center (JRC). Survei itu dilakukan pada 1-10 April 2021, secara tatap muka kepada 800 responden mewakili seluruh wilayah di DKI Jakarta. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±3,4 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasilnya, PDIP berada di urutan pertama dengan elektabilitas 20,09 persen. Jumlah itu tidak jauh berbeda dari hasil Pileg 2019 yaitu sebesar 22,6 persen.
Sementara itu, peringkat tiga besar yang semula dikuasai Gerindra dan PKS bergeser. Dua partai tersebut digantikan oleh PSI dan Golkar.
"PSI yang sebelumnya meraih 6,8 persen suara dalam Pileg 2019 melonjak menjadi 15,4 persen dan menduduki urutan kedua, sedangkan Golkar dari 5,1 persen naik menjadi 8,3 persen, memantapkan diri dalam jajaran tiga besar," ucap Alfian, Direktur Komunikasi JRC Alfian P dalam siaran persnya, di Jakarta, Jumat (16/4/2021).
Menurut Alfian, meskipun PDIP unggul tetapi partai besutan Megawati Soekarnoputri itu cenderung mengalami stagnasi, sementara PSI berhasil meningkatkan elektabilitasnya lebih dari dua kali lipat perolehan hasil Pemilu 2019.
Baca Juga
"Jika terus meningkat, PSI bisa menyalip dan menjadi parpol terbesar di DKI Jakarta," ujar Alfian.
Sikap kritis wakil rakyat dari PSI di DPRD DKI Jakarta selama ini berkontribusi terhadap kenaikan elektabilitas parpol tersebut, seperti isu banjir, rumah DP 0 persen, dan transparansi anggaran. Sementara pemilih Jakarta cenderung rasional dan sangat melek informasi.
Pada urutan berikutnya ada PKS yang anjlok dari 15,5 persen pada Pileg 2019 menjadi 7,6 persen. Sebaliknya, Demokrat mengalami kenaikan dari 5,2 persen menjadi 7,1 persen. Gerindra juga jeblok dari 15,8 persen menjadi hanya 5,6 persen.
Parpol lainnya adalah NasDem (6,4 persen menjadi 4,1 persen), PKB (5,2 persen menjadi 2,9 persen), parpol baru Ummat (2,1 persen), PAN (6,5 persen turun menjadi 1,9 persen), dan PPP (3,0 persen menjadi 1,4 persen).
Sisanya parpol-parpol kecil yaitu Perindo (2,8 persen menjadi 0,9 persen), Berkarya (2,0 persen menjadi 0,6 persen), Hanura (1,7 persen menjadi 0,3 persen), dan parpol baru Gelora (0,1 persen).
"Sisanya PBB, PKPI, dan Garuda tidak mendapat dukungan, dan 20,8 persen tidak tahu/tidak jawab," papar Alfian.