Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuaca Panas Penyebab Kebakaran di Jakarta Barat

Selain kelalaian dan arus listrik, cuaca panas menjadi pemicu kebakaran di wilayah Jakarta Barat.
Kebakaran di kawasan pemukiman padat penduduk Grogol Petamburan Jakarta Barat, Senin (9/8/2021.)/Antara
Kebakaran di kawasan pemukiman padat penduduk Grogol Petamburan Jakarta Barat, Senin (9/8/2021.)/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (PKP) Jakarta Barat memperkirakan cuaca panas menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi kebakaran.

"Salah satunya karena cuaca. Selain itu karena kelalaian dan arus listrik," kata Kepala Seksi Operasi Sudin PKP Jakarta Barat Sjukri Bahanan saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (8/10/2021).

Beberapa pekan terakhir, cuaca di Jakarta cukup terik. Panasnya matahari bisa dirasakan sejak pukul 09.00 bahkan terkadang hingga 15.00. Hal tersebut diduga memicu kasus kebakaran di wilayah Jakarta Barat (Jakbar) bertambah dalam seminggu terakhir.

Ada dua kasus kebakaran yang terjadi selama satu minggu terakhir. Salah satunya kebakaran gardu listrik milik PLN di kawasan Kebon Jeruk.

"Beberapa minggu belakang bahkan kita sempat nol kasus kebakaran, yang banyak hanya giat penyelamatan saja," katanya.

Dia berharap masyarakat tetap waspada dalam beraktivitas di dalam rumah. Warga diharapkan memperhatikan instalasi listrik dan tidak membakar sampah sembarang agar tidak terjadi kebakaran.

Sebelumnya, gardu PLN di kawasan Kebon Jeruk (Jakarta Barat) terbakar pada Kamis (8/10/2021). Informasi itu didapat dari salah satu personel Suku Dinas (Sudin) PKP yang kebetulan melihat kepulan asap tersebut.

Setelah itu, petugas pun langsung mendatangi lokasi pukul 07.25 untuk memadamkan api yang membakar bagian gardu. Pemadaman berlangsung singkat tanpa kendala lantaran api tidak merambat ke bangunan lain.

Dalam kurun waktu 30 menit, 15 untuk mobil pemadam kebakaran yang diturunkan berhasil mengendalikan si jago merah.

Stiker

Suku Dinas PKP Jakarta Barat pun menempelkan stiker di rumah warga yang dinilai rawan kebakaran. Targetnya satu kecamatan 50 rumah, tapi rata-rata yang sudah ditempelkan di atas seratus rumah.

Penempelan stiker di rumah rawan kebakaran sudah dilakukan selama tiga bulan terakhir. Tujuannya adalah agar warga bisa lebih mawas diri dan berhati-hati dalam beraktivitas, sehingga memperkecil potensi kebakaran.

Ada beberapa kriteria rumah yang ditempelkan stiker bangunan rawan kebakaran.

"Ada 10 kriteria, termasuk salah satunya instalasi listrik, apakah dia bangunan dengan bahan rawan terbakar materialnya atau tidak," ujar Sjukri.

Warga diharapkan memperhatikan instalasi listrik dan tidak membakar sampah sembarang agar tidak terjadi kebakaran.

Belum Bisa Dipastikan

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyebut, bahwa suhu panas belum bisa dipastikan berpengaruh terhadap jumlah kasus kebakaran di Ibu Kota mengingat banyak faktor yang menjadi penyebab kebakaran.

"Agak repot ya, kajian penyebab alam, tapi yang pasti ada faktor yang terpengaruh," kata Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan di Jakarta, Jumat (8/10/2021).

Salah satunya adalah kebakaran akibat pembakaran sampah yang sangat berpengaruh terhadap suhu lingkungan.

Kebakaran akibat pembakaran sampah, dijelaskan Satriadi, untuk tahun 2021 ini (Januari-September) merupakan yang terbesar ketiga atau sebesar 5,9 persen dari lima faktor utama kebakaran di Jakarta setelah listrik (61,4 persen) dan gas (9,5 persen).

Selebihnya, adalah akibat rokok sebesar 2,1 persen dan kebakaran lilin sebanyak 0,2 persen serta akibat faktor lainnya sebanyak 20,8 persen.

Kebakaran di Jakarta sepanjang Januari sampai September tahun 2021 sebanyak 1.132 kasus.

Jakarta Selatan menempati kasus  terbanyak dengan 328 kasus, Jakarta Timur (254 kasus), Jakarta Barat (238 kasus), Jakarta Utara (166 kasus) dan Jakarta Pusat (146 kasus).

"Tapi trennya menurun 0,97 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada 2020 sebanyak 1.143 kasus dan 2019 sebanyak 1.598 kasus untuk periode yang sama," kata Satriadi.

Dengan banyaknya faktor dan ditambah tingginya suhu di Jakarta, Satriadi mengingatkan agar masyarakat menjaga diri dan lingkungannya dengan melakukan beberapa tindakan sederhana, mulai dari memastikan penggunaan listrik sesuai dengan standarnya yang lebih direkomendasikan mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kemudian, selalu mengecek peralatan kelistrikan jika meninggalkan rumah dan selalu mengecek kompor gas untuk memastikannya berfungsi dengan baik.

"Dan usahakan untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat akan bahaya kebakaran," ujarnya.

Beberapa kasus kebakaran terjadi di Jakarta dalam sepekan terakhir yang melanda pemukiman, gardu PLN, pabrik, hingga gudang ekspedisi. Terbaru, kebakaran besar terjadi di pemukiman padat penduduk yang ada di Jalan Lagoa Kanal RT 09 dan 10 RW 02, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kebakaran yang terjadi pada Kamis (7/10/2021) siang sekitar pukul 10.45 itu yang menghanguskan 57 rumah dan diperkirakan mengakibatkan kerugian hingga Rp1 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper