Bisnis.com, JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta merilis data wilayah yang berpotensi longsor di Jakarta. Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mencatat ada 14 kecamatan dengan potensi gerakan tanah dari menengah hingga tinggi.
Adapun, daerah dengan potensi longsor menengah antara lain tiga wilayah Jakarta Timur yakni Cipayung, Ciracas, dan Makasar. Kemudian satu wilayah lainnya berada di Jakarta Barat yakni Kembangan, serta satu wilayah di Jakarta Selatan adalah Pancoran.
Lebih lanjut, potensi menengah-tinggi terjadi longsor mencapai sembilan wilayah yakni tujuh wilayah di Jakarta Selatan dan dua wilayah di Jakarta Timur. Perinciannya adalah wilayah Jakarta Selatan meliputi Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, dan Pesanggrahan. Sementara itu, wilayah Jakarta Timur yakni Kramatjati dan Pasar Rebo.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji menjelaskan bahwa di wilayah dengan potensi menengah terjadi pergerakan tanah jika curah hujan di atas normal.
“Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan,” kata Isnawa dalam keterangannya, dikutip Rabu (2/11/2022).
Sementara itu, daerah yang memiliki potensi tinggi pergerakan tanah bisa terjadi jika curah hujan di atas normal, ditambah gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Baca Juga
Penyebab Tanah Longsor
Isnawa menjelaskan bahwa mayoritas kejadian tanah longsor terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali/sungai. Adapun, di sepanjang tahun 2017 hingga 2021 terdapat total sebanyak 57 kejadian tanah longsor yang tersebar di berbagai lokasi di Jakarta.
“Paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan [34 kejadian] dan Jakarta Timur [21 kejadian]. Adapun untuk detail wilayah kelurahan yang paling banyak terjadi yakni di Srengseng Sawah [6 kejadian] dan Ciganjur [4 kejadian],” kata Isnawa.
Untuk mengantisipasi terjadinya longsor BPBD pun mengimbau agar masyarakat terutama yang berada di sekitar sungai untuk tidak membangun rumah di atas, bawah, atau bibir tebing. Kemudian dia menambahkan bahwa masyarakat tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai.
“Tidak menebang pohon di sekitar lereng, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng. BPBD DKI mendorong agar dapat dilakukan pemetaan dengan skala yang lebih besar/lebih detail pada skala 1:25.000 bahkan 1:10.000, karena saat ini PVMBG baru merilis peta peringatan dini potensi gerakan tanah pada skala 1:50.000,” katanya.
Selain itu, lanjut Isnawa, BPBD DKI juga mendorong agar para pemangku kepentingan terkait untuk dapat menyusun strategi mitigasi secara struktural untuk mengurangi risiko bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Ciri-ciri tanah akan longsor
BPBD DKI juga merilis ciri-ciri tanah yang akan longsor sehingga masyarakat bisa melakukan tindakan penyelamatan. Berikut ciri-cirinya:
- Adanya lapisan tanah/batuan yang miring ke arah luar
- Adanya retakan tanah yang membentuk tapal kuda
- Adanya rembesan air pada lereng
- Adanya pohon dengan batang yang terlihat melengkung dan perubahan
kemiringan lahan yang sebelumnya landai menjadi curam